Rasa Malu yang Sesuai Syariat: Terjemah Minahus saniyah –14-

Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

Rasa Malu yang Sesuai Syariat, Arti dari Tidak Pernah Melakukan Maksiat, Adab dan Tatakrama Mengantarkan Manusia Menjadi Kekasih Allah

 


بسم الله الرحمن الرحيم

 

Rasa Malu yang Sesuai Syariat

Hendaklah selalu merasa malu, yakni malu secara syar’i, karena hal itu merupakan bagian dari iman.

(وَالْزَمْ الْحَيَاءَ) أى الحياء الشرعي . فإنه من الإمان

 

Ulama salaf berkata: “’Ibadah memiliki 72 pintu, yang 71 pintu ada pada rasa malu kepada Allah Ta’ala, dan yang satu pintu ada pada seluruh macam kebaikan”.

وقد قالوا : العبادة اثنان وسبعون بابا أحد وسبعون فى الحياء من الله تعالى وواحد فى جميع أنواع البر،

 

Dalam sebuah hadits disebutkan; (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda); “Malulah kalian semua kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu”. Para sahabat berkata: sesungguhnya kami malu, alhamdulillah. Beliau menjawab: Bukan malu yang demikian, tetapi barangsiapa yang malu kepada Allah, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada di dalamnya, menjaga perut dan apa yang ditampungnya, hendaklah ia mengingat kematian dan kebinasaan, barangsiapa yang menginginkan akhirat, niscaya ia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa yang melakukan itu semua, ia telah malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu”.

وفى الحديث : "استحيوا من الله تعالى حق الحياء" . قالوا : إنا نستحي يا رسول الله والحمد لله . قال : "ليس ذلك، ولكن من استحيا من الله تعالى فليحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى وليذكر الموت والبلى، ومن أراد الآخرة ترك زينة الحيات الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحي من الله تعالى حق الحياء".

 

Arti dari Tidak Pernah Melakukan Maksiat

Tuanku Ali Al-Murshifi Rahimahullahu Ta’ala pernah ditanya tentang makna pernyataan para Ulama: “Seorang murid tidak disebut orang yang menetapi (konsisten) dalam bertaubat hingga malaikat yang di sebelah kirinya tidak mencatat satu dosapun selama 20 tahun”, Apakah yang dimaksud adalah seorang muriid tidak pernah melakukan maksiat sama sekali, atau apakah ia tidak menetapi suatu dosa, bahkan ia bertaubat dan beristighfar dengan segera?

وقد سئل سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى عن معنى قولهم : لا يكون المريد مستقيما فى التوبة حتى لا يكتب عليه ملك الشمال ذنبا عشرين سنة، هل المراد أنه لا يقع فى معصية أصلا أم المراد أنه لا يصر بل يتوب ويستغفر على الفور؟

 

 

Beliau menjawab; “Yang dimaksud adalah yang kedua, karena murid yang bersungguh-sungguh apabila terjerumus ke dalam suatu dosa, ia segera bertaubat dan beristighfar. Ketika seperti itu dosanya menjadi terhapus secara terus-menerus. Oleh karena itu malaikat tidak menemukan apapun yang dapat dicatatnya, karena malaikat yang ditugaskan mencatat dosa, diam (tidak langsung mencatat) lebih dari satu jam, barangkali hamba itu akan bertaubat dan memohon ampun. Untuk itu, (dalam waktu tersebut) apabila seorang hamba merasa menyesal dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala, maka malaikat tidak mencatat dosa tersebut”.

فقال: المراد الثانى، لأن المريد الصادق إذا وقع فى الذنب بادر إلى التوبة والإستغفار فانمحى عند ذلك الذنب على الأثر فلا يجد الملك شيئا يكتبه لأنه يمكث أكثر من ساعة لعل العبد يتوب ويستغفر، فإذا ندم العبد واستغفر ترك الملك كتابة الذنب.

 

Kemudian sudah jelas bahwa kedua malaikat tersebut tidak akan mencatat kecuali perbuatan maksiat yang berupa ucapan dan perbuatan apabila pelakunya mengatakan kemaksiatan tersebut, atau berkata: Aku telah berbuat begini dan begitu, berdasarkan firman Allah Ta’ala pada dua hal tersebut; “Seungguhnya bagi kamu ada (malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang muliya (disisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Infithar: ayat 10-12). Mengetahui itu bukanlah mencatat. Pahamilah!

ثم لايخفى أن الملكين لا يكتبان إلا المعاصي القولية والفعلية إذا تلفظ بها صاحبها أو قال : فعلت كذا وكذا لقوله تعالى فيهما : "كراما كاتبين يعلمون ما تفعلون". والعلم غير الكتابة، فافهم!


Adab dan Tatakrama Mengantarkan Manusia Menjadi Kekasih Allah

Jagalah adab dan juga sopan santu wahai saudaraku!

وَ) الزم أيضا يا أخي (الْأَدَبَ

 

Ulama salaf berkata: “Tidak seharusnya mencari ilmu dan hadits bagi seseorang, sampai ia beramal dengan penuh tatakrama selama 20 tahun”.

فقد قالوا : لا ينبغي للرجل أن يطلب العلم والحديث حتى يعمل فى الأدب عشرين سنة،

 

Ulama salaf berkata: “Tatakrama itu hampir mendekati 2/3 masalah agama”.

وقالوا : كاد الأدب أن يكون ثلثي الدين،

 

Ulama salaf berkata: “Barangsiapa yang menyepelekan adab, hendaklah ia kembali ke tempat semula darimana ia datang”.

وقالوا : من ترخص فى الأدب رجع من حيث جاء،

 

Ulama-ulama salaf berkata: “Barangsiapa tidak memiliki adab, maka tidak ada syariat, tidak ada iman dan tidak ada tauhid sedikitpun baginya”.

وقالوا : من لا أدب له فلا شريعة له ولا إيمان ولا توحيد،

 

Para Ulama salaf berkata: “Seorang hamba bisa sampai ke surga dengan ibadahnya, namun ia tidak akan bisa sampai ke hadirat Allah Ta’ala kecuali dengan penuh tatakrama dalam beribadah dan barangsiapa yang tidak menjaga adab dalam ketaatannya, maka ia akan terhalang dari Allah Ta’ala”.

وقالوا : العبد يصل بعبادته إلى الجنة ولا يصل إلى حضرة الله تعالى إلا بالأدب فى العبادة ومن لم يراع الأدب فى طاعته فهو محجوب عن ربه تعالى،

 

Para Ulama salaf berkata: “Meninggalkan adab dapat menyebabkan terusir. Oleh karena itu, barangsiapa yang buruk adabnya saat menginjak permadani kerajaan, ia akan diusir menuju pintu gerbang, dan barangsiapa yang buruk adabnya saat berada di pintu gerbang, ia akan terusir ke tempat pelatihan binatang”.

وقالوا : ترك الأدب موجب للطرد، فمن أساء الأدب على البساط رد إلى الباب، ومن أساء الأدب على الباب رد إلى سياسة الدواب،

 

Dan para Ulama salaf berkata: “Para wali Allah Ta’ala tidak akan sampai pada derajat yang mereka capai dengan banyaknya amal, akan tetapi mereka mancapainya dengan tatakrama dan budi pekerti yang baik”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.

وقالوا : ما وصل أولياء الله تعالى إلى ما وصلوا بكثرة الأعمال، وإنما وصلوا بالأدب وحسن الخلق, فاعلم ذلك يا أخي

 

 

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Edited by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya

Ngaji Berikutnya…>>

 

Post a Comment for "Rasa Malu yang Sesuai Syariat: Terjemah Minahus saniyah –14-"