LEBIH UTAMA DZIKIR PELAN DAN DZIKIR SUARA KERAS?: Terjemah Minahus saniyah –16-

Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

Dzikir adalah Jalan Utama Wushul, Lebih Utama Dzikir Pelan dan Dzikir Suara Keras?, Lafadz Dzikir yang Paling Utama, Dzikir Merupakan Sifat dan Tanda Kewalian, Dzikir Merupakan Cara Tercepat untuk Wushul

 


بسم الله الرحمن الرحيم

 

Dzikir adalah Jalan Utama Wushul

Janganlah meninggalkan dzikir, karena sesungguhnya dzikir (mengingat Allah) adalah penopang utama dalam menempuh jalan menuju Allah dan lebih agung daripada shalat.

ولا تترك الذكر (فَإِنَّهُ عُمْدَةُ الطَّرِيْقِ وَأَكْبَرُ مِنَ الصَّلَاةِ)

 

Al-Ustadz Abu Ali Ad-Daqqoq Rahimahullahu Ta’ala berkata: “Dzikir adalah unsur pokok yang kuat dalam menempuh jalan menuju Allah Ta’ala”. Bahkan dzikir merupakan penopang utama dalam jalan (thariqah) ini. Dan seseorang tidak akan sampai menuju Allah Ta’ala kecuali dengan terus-menerus berdzikir.

قال الأستاذ أبو على الدقاق رحمه الله تعالى : "الذكر ركن قوي فى طريق الله تعالى" بل هو العمدة فى هذا الطريق، ولا يصل أحد إلى الله تعالى إلا بدوام الذكر

 

Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadzili Rahimahullahu Ta’ala berkata: “Dzikir lebih utama daripada shalat, walaupun shalat itu merupakan perkara yang agung, (lebih utamanya dzikir) hanya karena shalat terkadang dilarang dalam waktu-waktu tertentu, tidak seperti dzikir. Sedangkan dzikir itu terus-menerus (bisa dilakukan) dalam berbagai kondisi”

وقال الشيخ أبو المواهب الشاذلي رحمه الله تعالى : إنما كان ذكر الله أكبر من الصلاة لأن الصلاة وإن كانت عظيمة، فقد لا تجوز فى بعض الأوقات بخلاف الذكر، فإنه مستدام فى عموم الحالات

 

Lebih Utama Dzikir Pelan dan Dzikir Suara Keras?

Beliau juga berkata: “Para Ulama berbeda pendapat tentang berdzikir yang lebih utama, apakah berdzikir secara samar atau berdzikir dengan suara keras? Pendapatku mengenai hal ini yaitu: Bahwa berdzikir dengan suara keras itu lebih utama bagi para pemula thariqah yang masih dikuasai oleh kekuatan nafsu. Sedangkan berdzikir dengan suara pelan (samar) lebih utama bagi orang yang telah mencapai puncak maqam (tingkatan dalam thariqah) yang mampu mengalahkan suatu karamaian (hati dan nafsunya).

وقال أيضا : اختلفوا أيما أفضل الذكر سرا أو جهرا، والذى أقول به أن الذكر جهرا أفضل لمن غلبت عليه القوة من أهل البداية، والذكر سرا أفضل لمن غلبت عليه الجمعية من أهل النهاية

 

Lafadz Dzikir yang Paling Utama

Beliau (Syaikh Abu Al-Mawahib As-Syadzili Rahimahullahu Ta’ala) juga berkata: “Bentuk dzikir yang paling utama bagi muriid adalah kalimat laa ilaaha illallah selama kesenangan hawa nafsu masih dimilikinya. Kemudian jika telah hilang, maka berdzikir dengan lafadz Jalalah (Allah) itu lebih bermanfaat baginya, karena sesuatu yang sudah sempurna pada hakikatnya merupakan perkara yang telah cukup (yakni cukup dengan berdzikir dengan lafadz Allah)”. Pahamilah!

وقال أيضا : أفضل صيغ الذكر للمريد قول "لا إله إلا الله" ما دام له هوى، فإذا فنيت أهويته كان ذكر الجلالة أنفع له، لأن ما تم هناك ما يغني حقيقة ، فافهم

 

Dzikir Merupakan Sifat dan Tanda Kewalian

Dan ketahuilah bahwa dzikir merupakan perkara yang melekat pada sifat wali, maksudnya adalah tanda-tanda (kewalian) yang diberikan oleh Allah ta’ala kepada hambanya (berupa selalu berdzikir), sebagaimana ciri-ciri pemimpin di dunia dengan memiliki tugas-tugas tertentu, dan hanya Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi. Barangsiapa yang mendapatkan pertolongan untuk terus-menerus berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka ia benar-benar diberi tanda bahwa ia adalah wali (kekasih) Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang kebiasaan berdzikirnya hilang, maka ia benar-benar terlepas dari kewalian. Pahamilah!

(وَ) اعلم أن الذكر (مَنْسُوْبُ الْوِلَايَةِ) أي مرسوم من الله تعالى للعبد كمراسم ملوك الدنيا بالوظائف ولله المثل الأعلى فمن وفق لدوام ذكر الله تعالى فقد أعطي المرسوم بأنه ولي الله تعالى ومن سلب ذلك فقد عزل عن الولاية ، فافهم

 

Dzikir Merupakan Cara Tercepat untuk Wushul

Dan ketahuilah bahwa dzikir merupakan kunci yang paling cepat dalam menyingkap (rahasia ilahi) dibandingkan ibadah-ibadah yang lain.

(وَ) اعلم أن الذكر (أَسْرَعُ فِى الْفَتْحِ مِنْ سَائِرِ الْعِبَادَاتِ)

 

Tuanku Ali Al-Murshifi Rahimahullahu Ta’ala berkata: “Guru-guru (thariqah) merasa kesulitan, mereka tidak menemukan obat yang lebih mujarab untuk membersihkan hati para muriid daripada dzikir secara terus-menerus. Dengan begitu, fungsi dzikir dalam membersihkan hati sama halnya fungsi kerikil dalam membersihkan tembaga. Sedangkan ibadah-ibadah selain dzikir ibarat sabun dalam hal membersihkan tembaga, cara ini membutuhkan waktu lama untuk dapat membersihkannya”.

قال سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى : قد عجز الأشياخ فلم يجدوا للمريد دواء أسرع فى جلاء قلبه من مداومة الذكر، فحكم الذكر فى الجلاء للقلب كحكم الحصى فى النحاس، وحكم غير الذكر فى سائر العبادات كحكم الصابون فى النحاس، وذلك يحتاج إلى طول زمن

 

Beliau juga berkata: “Seorang Salik (Penempuh jalan menuju Allah) melalui jalur dzikir diumpamakan seperti burung yang terbang cepat menuju kesadaran ilahi, Sedangkan Salik melalui jalan selain dzikir bagaikan orang yang lumpuh, sekali waktu merangkak dan sekali waktu berhenti, padahal tujuannya sangat jauh. Oleh karena itu, terkadang ia bisa menghabiskan seluruh masa hidupnya, namun tidak pernah sampai tujuan”.

وقال أيضا : السالك من طريق الذكر كالطائر المجد إلى حضرات القرب، والسالك من غير طريق الذكر كالزمن الذى يزحف تارة ويسكن أخرى مع بعد المقصد فربما قطع مثل هذا عمره كله ولم يصل إلى مقصده

 

Para Ulama sepakat bahwa terbukanya hati di malam hari itu lebih cepat daripada di siang hari.

وأجمعوا على أن الفتح فى الليل أقرب منه فى النهار،

 

Para Ulama berkata: Setiap orang yang tidak berdzikir kepada Allah Ta’ala sejak matahari terbenam hingga waktu subuh dalam satu kondisi duduk selain waktu shalat, maka ia tidak akan mencapai apapun dalam perjalanannya (thariqah-nya).

وقالوا : كل من لم يذكر الله تعالى من غروب الشمس إلى الصباح فى مجلس واحد ما عدا وقت الصلاة فلا يجيء منه شيء فى الطريق،

 

Dan para ulama berkata: “Barangsiapa yang dari dzikirnya tidak mendapatkan pengaruh yang kuat (dari dzikirnya) dan tidak bisa hadir (menghadap) bersama Allah Ta’ala, maka ia tidak boleh berhenti berdzikir”. Pahamilah!

وقالوا : من لم يحصل له من الذكر حال قوي وحضور مع الله تعالى فليس له قطع المجلس . فافهم!

 

Ketahuilah bahwa seseorang tidak akan mencapai hadirat ilahi kecuali dengan berdzikir.

(وَ) اعلم أنه (لَا يَصِلُ أَحَدٌ إِلَى الْحَضْرَةِ) الإلهية (إِلَّا بِهِ) أي بالذكر.

 

Tuanku Abu Madyan At-Tilmisani Rahimahullahu Ta’ala berkata: “Barangsiapa yang selalu berdzikir, maka hatinya akan menjadi bening, dan barangsiapa yang hatinya sudah bening, ia selalu berada di hadirat Allah Ta’ala”. Lebih jelasnya yaitu, tidak akan dapat mendekat ke hadirat Allah Al-Haqq Ta’ala kecuali orang yang memiliki rasa malu kepada-Nya dengan malu yang sebenar-benarnya, seseorang tidak akan memiliki rasa malu yang sebenar-benarnya kecuali hatinya telah tersingkap dan hijab (penghalangnya) telah terangkat. Dan seseorang tidak akan tersingkap hatinya dan hijab-nya tidak akan terangkat kecuali dengan dzikir secara terus-menerus. Inilah jalan yang dapat mengantarkan seorang murid pada hadirat Allah Ta’ala dengan cepat. Adapun yang dimaksud dengan “Hadhratillahi Ta’ala” (hadirat Allah Ta’ala) sekiranya diungkapkan dengan bahasa manusia adalah seorang hamba menyaksikan bahwa dirinya berada dihadapan Allah Ta’ala, maka selama seorang hamba dalam keadaan ini (menyaksikan Allah), selama itu pula ia berada di hadirat Allah Ta’ala. Untuk itu, apabila ia terhalang dari penyaksian ini, maka ia telah keluar dari hadirat Allah Ta’ala. Pahamilah!

قال سيدى أبو المدين التلمسانى رحمه الله تعالى: من دامت أذكاره صفت أسراره، ومن صفت أسراره كان فى حضرة الله تعالى قراره وإيضاح ذلك أن الحق تعالى لا يقرب إلى حضرته إلا من استحيا منه حق الحياء، ولا يصح لأحد أن يستحي كذلك إلا إن حصل له الكشف ورفع الحجاب، ولا يصح له الكشف ورفع الحجاب إلا بملازمة الذكر، وهذا طريق يصل بها المريد بسرعة، والمراد بحضرة الله تعالى حيث أطلقت فى لسان القوم : شهود العبد أنه بين يدي الله تعالى فما دام هذا مشهده فهو فى حضرة الله تعالى، فإذا حجب عن هذا المشهد فقد خرج منها. فافهم.

 

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Edited by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya

Ngaji Berikutnya…>>

 

Post a Comment for "LEBIH UTAMA DZIKIR PELAN DAN DZIKIR SUARA KERAS?: Terjemah Minahus saniyah –16-"