Kapan dan dalam Kondisi apa Istighfar Sangat Ditekankan?: Terjemah Minahus saniyah –13-

 Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

Kebiasaan Istighfar Rasulullah, Kapan dan dalam Kondisi apa Istighfar Sangat Ditekankan?, Anjuran Istighfar bagi Orang yang Terlanjur Terkenal, Menyeimbangkan Memohon Ampunan (Istighfar) dan Bersyukur

 


بسم الله الرحمن الرحيم

 

Kebiasaan Istighfar Rasulullah

Perbanyaklah istighfar (memohon ampunan) sebagai wujud kepatuhan pada Al Qur’an Al Adzim, dan dalam hadits riwayat Bukhari disebutkan: “Aku ber-istighfar kepada Allah ta’ala dan aku bertaubat kepada-Nya dalam satu hari sebanyak 70 kali”. Dan dalam hadits riwayat Muslim disebutkan: “Ketika hatiku gundah, maka aku beristighfar kepada Allah sebanyak 100 kali”. Dan dalam riwayat Ibnu Hibban disebutkan: “Aku dulu menghitung Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam satu kali duduk (membaca) rabbi ighfirlii watub ‘alayya innaka anta tawwaburrohim sebanyak 100 kali”.

(وَأَكْثِرْ مِنَ الْإِسْتِغْفَارِ) تبعا للقرآن العظيم، وفى الحديث من رواية البخارى : " إنى لأستغفر الله تعالى وأتوب إليه فى اليوم سبعين مرة". ولمسلم : "وإنى ليغان علي قلبي وإنى لأستغفر الله تعالى مائة مرة". ولابن حبان : "إنا كنا لنعد لرسول الله صلى الله عليه وسلم فى المجلس الواحد رب اغفرلي وتب علي إنك أنت التواب الرحيم مائة مرة".

 

Di dalam wasiat Tuanku Abu al-Hasan asy-Syadzili rahimahullahu ta’ala disebtukan: Engkau seharusnya selalu ber-istighfar, meskipun dalam ber-istighfar tidak melakukan dosa. Teladanilah istighfarnya Al Ma’shum Al Akbar (Nabi Mulia yang dijaga dari dosa) shallallahu ‘alaihi wasallam setelah diberi kabar bahagia dan keyakinan dengan terampuninya dosa yang sudah terlewat dan dosa yang akan datang.

وفى وصية سيدى أبى الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى : عليك بالإستغفار وإن لم يكن هناك ذنب واعتبر استغفار المعصوم الأكبر صلى الله عليه وسلم بعد البشارة واليقين بمغفرة ما تقدم من ذنبه وما تأخر .

 

Kapan dan dalam Kondisi apa Istighfar Sangat Ditekankan?

Memperbanyak istighfar sebaiknya dilakukan pada saat permulaan malam, akhir malam, permulaan siang dan akhir siang. Karena hal tersebut terdapat pada haditsnya Imam Ibnu Hibban, (yaitu): Dua malaikat Hafadzah (Penjaga) tidak melaporkan lembaran catatan amal kepada Allah ta’ala pada satu hari, lalu Allah melihat catatan memohon ampunan (istighfar) di awal dan di akhir catatan tersebut, kecuali Allah berkata: “Aku menjadikan kalian (para malaikat) sebagai saksi-Ku, bahwa aku telah mengampuni hamba-Ku seluruh perkara diantara dua ujung lembaran catatan.” Oleh karena itu, beruntung sekali bagi orang yang di dalam lembaran catatan amalnya ditemukan istighfar yang banyak.

وينبغي كثرة الإستغفار عند أول الليل وآخره وأول النهار وآخره لحديث ابن ماجه : "ما من حافظين يرفعان إلى الله تعالى فى يوم صحيفة فيرى فى أول الصحيفة وفى آخرها استغفارا إلا قال الله تعالى : "اشهدكم أني قد غفرت لعبدى ما بين طرفي الصحيفة" فطوبى لمن وجد فى صحيفته استغفارا كثيرا".

 

Dan sebaiknya saat memperbanyak istighfar saat rezekinya terhambat, berdasarkan hadits Imam Ibnu Hibban: “Barangsiapa menetapi istighfar, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan, menjadikan kemudahan dari setiap kesusahannya, dan memberinya rizki tanpa ia sangka-sangka”.

وعند توقف الرزق لحديث ابن حبان : "من لزم الإستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا ومن كل هم فرجا، ورزقه من حيث لايحتسب".

 

Saat terjerumus melakukan dosa juga seharusnya memperbanyak istighfar, sebagaimana hadits Al Hakim dalam kitab Shahih-nya: “Orang Muslim yang melakukan dosa, Malaikat pencatat amal akan berhenti menghitung dosanya sampai tiga jam. Apabila orang tersebut memohon ampun (istighfar) kepada Allah ta’ala di dalam rentang waktu tersebut maka Malaikat tidak akan mencatatnya sebagai dosa, dan orang tersebut kelak di hari Kiamat tidak akan mendapat siksa.”

وعند وقوع الذنب لما روى الحاكم فى صحيحه : "ما من مسلم يعمل ذنبا إلا وقف عليه الملك الموكل بإحصاء ذنوبه ثلاث ساعات فإن استغفر الله تعالى فى شيء من تلك الساعة لم يوقعه عليه ولم يعذب عليه يوم القيامة".

 

Dan memperbanyak istighfar saat mengakhiri seluruh amal perbuatan. Para Ulama ahli Makrifat telah bersepakat atas kesunahan mengakhiri seluruh amal perbuatan dengan istighfar. Terdapat riwayat dalam hadits: “Sesungghunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ber-istighfar kepada Allah ta’ala tiga kali setiap kali selesai shalat fardhu”. Hal tersebut sebagai syariat kepada umatnya dan juga sebagai pengingat atas ketaatannya yang tidak sempurna.

وعند ختام جميع الأعمال، فقد أجمع العارفون على استحباب ختام جميع الأعمال بالإستغفار .وفى الحديث : " أنه كان صلى الله عليه وسلم يستغفر الله تعالى عقب كل مكتوبة ثلاث مرات"، تشريعا لأمته وتنبيها لهم على نقص طاعتهم،

 

Oleh karena itu, sudah jelas bahwa: bagi seorang hamba sebaiknya memperbanyak istighfar di waktu malam dan siang, baik itu dalam keadaan menyebutkan dosa yang sudah dilakukan ataupun tidak menyebutkanya. Dengan hal tersebut, seorang hamba akan aman (mendapat perlindungan) dari musibah, sesuai dengan firman Allah ta’ala: Allah tidak akan menyiksa hamba-hambanya, sementara mereka selalu beristighfar.

فعلم أنه ينبغي للعبد أن يكثر من الإستغفار ليلا ونهارا سواء تذكر ذنوبا معينة أو لم يتذكر، وبذلك يأمن العبد من نزول البلاء عليه لقوله تعالى : "وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون".

 

Anjuran Istighfar bagi Orang yang Terlanjur Terkenal

(Peringatan) Seorang hamba (Abid) ditekankan untuk memperbanyak istighfar ketika orang-orang meyakini bahwa hamba tersebut adalah orang baik, sedangkan batinnya tidaklah seperti itu. Selama seorang hamba memiliki rahasia yang bisa terbongkar di dunia dan akhirat, maka sangat pantas memperbanyak istighfar dan merasa takut kepalsuannya di hadapan orang lain.

(تنبيه) يتأكد على العبد كثرة الإستغفار كلما اعتقد الناس فيه الخير وهو فى الباطن على خلاف ذلك، وما دام للعبد سريرة يفتضح بها فى الدنيا والآخرة فاللائق كثرة الإستغفار والخوف لتلبيسه على الناس،

 

Para Ulama telah berkata: Manusia terburuk adalah orang yang disangka baik, padahal batinnya tidaklah sesuai dengan hal tersebut. Kemudian, apabila ia berperilaku sesuai prasangka orang lain maka hal tersebut memiliki hukum yang berbeda.

وقد قالوا : أشر الناس من يظن الناس فيه الخير وهو فى الباطن على خلاف ذلك . فإذا تخلق بما ظنه الناس فيه كان له حكم آخر.

 

Menyeimbangkan Memohon Ampunan (Istighfar) dan Bersyukur

Termasuk syarat orang yang sempurna adalah bisa melihat kelebihan dan kekurangannya sendiri secara bersamaan, supaya dia bisa bertindak secara tepat yakni melakukan syukur (berterima kasih) dan beristighfar. Seseorang selamanya disebut naqish (tidak sempurna), apabila dia di bawah satu pandangan saja yakni hanya kelebihan atau kekurangannya saja dalam dua kondisi yang berbeda. Karena dia hanya bisa melihat satu sudut pandang. Berbeda dengan orang yang sempurna (kaamil), karena orang ini bisa mempunyai dua sudut pandang atau memiliki satu pandangan yang tidak terganggu. Hanya sedikit orang yang meneliti diri dalam masalah ini. Kebanyakan orang mencintai penilaian orang lain terhadap dirinya dengan melebihi penilaian yang seharusnya, dan orang-orang yang mencintai penilain tersebut nyaris tidak pernah beristighfar. Ketahuilah wahai saudaraku!

فإن من شرط الكامل أن يشهد كماله ونقصه معا ليعطين كلا منهما حقه من الشكر والإستغفار، وما دام ناقصا فهو تحت حكم ما تشهده من نقص أو كمال فى حالتين مختلفين لأنه صاحب عين واحدة، بخلاف الكامل فإنه صاحب عينين أو عين لا تزاحم عين صاحبتها، وقل من يتفقد نفسه فى ذلك، والغالب فى الناس محبتهم لكثرة اعتقاد الناس فيهم فوق ما يستحقونه ولا يكاد أحدهم  يستغفر من ذلك، فاعلم يا أخي.

 

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Edited by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya

Ngaji Berikutnya…>>

 

Post a Comment for "Kapan dan dalam Kondisi apa Istighfar Sangat Ditekankan?: Terjemah Minahus saniyah –13-"