Malu adalah Bagian dari Sombong: Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 07-

Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

Malu adalah Bagian dari Sombong, Fokus Beribadah tanpa Bekerja (Nganggur) itu Perjuangannya Belum Sempurna


 

بسم الله الرحمن الرحيم


Malu adalah Bagian dari Sombong

Waspadalah terhadap rasa malu yang bersifat tabiat, Karena hal itu dianggap sebagai bagian dari kesombongan menurut para Ulama Ahli Thariqah.

(وَ) احذر أيضا (مِنَ الْحَيَاءِ الطَّبِيْعِى) فإنه معدود من جملة الكبر عند القوم

 

Mengenai hal tersebut Tuanku ‘Umar bin Farid Rahimahullahu Ta’ala berkata:

“Peganglah ekor (bagian-bagian ujung) kesenangan hawa nafsu dan tanggalkanlah rasa malu # menyepilah dan biarkan dirimu berada pada jalan orang-orang ahli ibadah, meskipun mereka berkedudukan tinggi”

وقد أشار سيدى عمر بن الفارض رحمه الله تعالى اليه بقوله : تمسك بأذيال الهوى واخلع الحيا # وخل سبيل الناسكين وإن جلو

 

Yang di maksud malu yang bersifat tabiat ialah; Saat seseorang merasa malu untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan suara keras di hadapan orang-orang. Kebanyakan orang yang meninggalkan berdzikir dengan suara keras di hadapan orang-orang adalah orang yang memiliki kedudukan seperti para qadli (hakim), para pejabat pemerintah, para guru dan lain sebagainya. Maka apabila salah satu dari mereka disuruh untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan suara keras di hadapan banyak orang, ia merasa malu, seolah-olah ia telah melakukan kemaksiatan. Orang-orang yang seperti mereka harus berdzikir dengan suara keras sampai mereka keluar dari sifat sombong.

(وَهُوَ) اى الحياء الطبيعى (أَنْ يَسْتَحِىَ الشَّخْصُ أَنْ يَذْكُرَ اللهَ تَعَالَى بِرَفْعِ الصّْوتِ) بحضرة الناس، وأكثر من يترك ذلك بحضرة الناس أصحاب الأنفس كالقضاء والمباشرين والشيوخ وغيرهم، فإذا كلف أحدهم أن يذكر الله تعالى بحضرة الناس حصل عنده خجل كأنه ارتكب معصية فمثل هؤلاء يجب عليهم الذكر برفع الصوت حتى يخرجوا عن الكبر،

 

Dulu Tuanku Syaikh Muhammad Rahimahullahu Ta’ala memerintahkan kepada murid-muridnya untuk berdzikir dengan suara keras di pasar-pasar, di jalan-jalan umum dan di tempat-tempat kosong tidak berpenghuni. Beliau berkata; “Berdzikirlah kalian kepada Allah Ta’ala di tempat-tempat ini sehingga tempat-tempat itu menjadi saksi kalian kelak pada hari kiamat dan bongkarlah rahasia watak nafsu, karena sesungguhnya kalian akan tetap di dalam hijab (terhalang) selama kalian belum membongkarnya”. Ketahuilah hal itu wahai saudaraku!.

وكان سيدى محمد رحمه الله تعالى يأمر أصحابه برفع الصوت بالذكر فى الأسواق والشوارع والمواضع الخربة المهجورة، ويقول "اذكروا الله تعالى فى هذه الأماكن حتى تشهدكم يوم القيامة وتخرقوا ناموس طبع النفس فإنكم فى حجاب ما لم تخرقوه" فاعلم ذلك يا أخى.

 

 

Fokus Beribadah tanpa Bekerja (Nganggur) itu Perjuangannya Belum Sempurna

(Jauhulah kecurangan dalam bekerja) Karena kecurangan dalam bekerja merupakan perbuatan tercela menurut syariat.

(وَ) احذر أيضا (مِنْ غِشِّ الْحِرْفَةِ) فإن الغش فى الحرفة مذموم شرعا

 

Imam Muslim telah meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Abu Huriarah radliyallahu ‘anhu; “Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah berjalan di pasar melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan tersebut, lantas tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya; ‘Apa ini wahai pemilik makanan?’. Pemiliknya menjawab; ‘Wahai Rasulallah, makanan tersebut terkena air hujan’. Beliau bersabda; ‘Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian atas, supaya orang-orang dapat melihatnya. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menipu kami (orang-orang islam), maka dia bukan dari golongan kami’”.

وقد روى مسلم فى صحيحه عن أبى هريرة أن النبى صلى الله عليه وسلم مر فى السوق على صبرة طعام فأدخل يده فيها فنالت بللا، فقال : ما هذا يا صاحب الطعام؟ فقال يا رسول الله أصابته السماء، أفلا جعلته فوق الطعام حتى يراه الناس! ثم قال صلى الله عليه وسلم ، "من غشنا فليس منا"

 

Dan sudah dipastikan bahwa setiap manusia dalam profesinya itu mengetahui  mana yang dikerjakan dengan ketakwaan dan mana yang dikerjakan dengan kecurangan.

ومعلوم أن كل إنسان يعرف فى حرفته ما يقع به التقوى وما به يقع الغش.

 

Allah Ta’ala telah menjadikan manusia sebagai hamba yang amanah (dipercaya) atas dirinya sendiri di dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, apabila ia curang, berarti ia telah menghianati agamanya, diri sendiri, dan seluruh manusia.

وقد جعل الله تعالى العبد أمينا على نفسه فى حرفته، فإذا غش خان دينه ونفسه والناس أجمعين.

 

Para Ulama telah berkata; Setiap orang yang mengharapkan kebaikan dalam pekerjaannya dan tidak menggantungkan diri pada pekerjaannya, maka Allah Ta’ala akan memberi berkah pada modal usahanya dari arah yang tidak ia sadari, sehingga ia menjadi orang yang paling kaya harta. Namun sebaliknya, barangsiapa yang berbuat curang dalam pekerjaannya, maka Allah akan membongkar perbuatannya, menghilangkan keberkahannya dan dalam waktu dekat akan menjadi percontohan (yang buruk) dalam keterasingan. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala menjadikan kefakiran dalam kecurangan dan menjadikan keberkahan dalam ketakwaan.

وقد قالوا : كل من نصح فى حرفته ولم يعتمد عليها بارك الله له فى رأس ماله من حيث لا يشعر حتى يصير من أوسع الناس مالا، ومن غش حرفته انكشف حاله وتبددت بركته وصار عن قريب يضرب به المثل فى الخمول لأن الله تعالى جعل الفقر فى الغش والبركة فى التقوى،

 

Para Ulama salaf dan Ulama kholaf sangat menekankan dalam menjalankan profesinya untuk mengikuti aturan Al-Qur’an Al Adzim (yang agung) dan Sunnah Rasul yang mulia. Dan dari para tuan-tuan guru yang paling memperhatikan dalam masalah ini adalah Pemimpin Thariqah Syadziliyyah, Syaikh Abu al-Hasan As-Syadzily Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Barangsiapa bekerja serta melaksanakan apa yang Allah wajibkan atasnya, maka mujahadah-nya (perjuangannya) benar-benar telah sempurna”.

وقد حث المشايخ سلفا وخلفا على عمل الحرفة تبعا للقرآن العظيم والسنة الشريفة، وأشهدهم فى ذلك السادة الشاذلية، فكان الشيخ أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : "من اكتسب وقام بفرائض ربه تعالى عليه فقد كملت مجاهدته"

 

Syaikh Abul-‘Abbas Al-Mursi Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Berpegang teguhlah kalian dengan sarana (bekerja, pnerj.). Hendaklah salah seorang dari kalian menjadikan takarannya sebagai tasbih, kapaknya sebagai tasbih, menjahitnya sebagai tasbih dan perjalanannya sebagai tasbih”.

وكان الشيخ أبو العباس المرسي رحمه الله تعالى يقول : "عليكم بالسبب وليجعل أحدكم مكوكه سبحته وقدومه سبحته والسفر سبحته، وقدومه سبحة، والخياطة سبحة، والسفر سبحة".

 

Para Ulama sepakat bahwa bekerja hukumnya amat sangat wajib yang wajibnya disetarakan dengan  derajatnya iman. Yang pasti, seorang laki-laki yang tidak bekerja sama sekali (pengangguran) itu sama seperti seorang wanita yang sudah tidak memiliki bagian sifat laki-laki.

وقد أجمع العلماء على أن الكسب واجب وجوبا مؤكدا ملحقا برتبة الإيمان، ومعلوم أن من لا كسب له فهو كالمرأة لا حظ له فى الرجولة.

 

Shahibul Wasiat (Syaikh Al-Matbuliy Rahimahullahu Ta’ala) berkata; “Status orang fakir yang pengangguran, sama seperti burung hantu yang tinggal di area reruntuhan, ia tidak bermanfaat bagi siapapun”.

وكان صاحب الوصية رحمه الله تعالى يقول : "حكم الفقير الذى لا حرفة له حكم البومة الساكنة فى الخراب، ليس فيها نفع لأحد"

 

Ketika Kerasulan telah tampak pada diri Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau tidak pernah memerintahkan kepada salah seorang pun dari shahabat-shahabatnya untuk meninggalkan pekerjaan yang ada padanya, bahkan Beliau mendukung atas pekerjaan mereka dan memerintahkan agar mereka berbuat baik dalam pekerjaannya.

ولما ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم بالرسالة لم يأمر من أصحابه بترك الحرفة التى بيده بل أقرهم على حرفهم وأمرهم بالنصح فيها.

 

Syaikh Al-Matbuliy qaddasallahu sirrahu berkata; “Orang yang sempurna adalah orang yang membimbing orang-orang lain, sementara itu mereka tetap dalam pekerjaannya, bukan orang yang menyuruh mereka untuk meninggalkan pekerjaannya kemudian diarahkan ke jalan menuju Allah. Karena sesungguhnya tidak ada satu urusan pun yang disyari’atkan melainkan seorang guru yang ma’rifat billah dapat mengantarkan murid-muridnya sampai ke hadirat Allah Ta’ala. Berbeda dengan urusan yang tidak disyari’atkan”.

وكان قدس الله سره يقول : الكامل من يسلك الناس وهم فى حرفهم لا من يأمرهم بترك الحرفة حتى يسلكهم، فإنه ما من أمر مشروع إلا ويمكن العارف أن يوصل صاحبه إلى حضرة الله تعالى منه، بخلاف الأمور التى لم تشرع.

 

Dan beliau Syaikh Al-Matbuliy berkata; “Orang mukmin yang bekerja itu lebih sempurna bagiku daripada orang-orang majdzub (orang yang hilang akal karena mabuk cinta kepada Allah) dari kalangan guru-guru yang tinggal di sudut-sudut daerah, yaitu orang-orang yang makan dari hasil menjual agamanya, sementara mereka tidak memiliki pekerjaan duniawi yang dapat menjaganya dari menerima pemberian  orang lain dan kotoran (zakat-zakat) masyarakat”.

وكان يقول : المؤمن المحترف أكمل عندى من المجاذيب من مشايخ الزوايا الذين يأكلون بدينهم وليس بيدهم حرفة دنيوية تعفهم عن صدقات الناس وأوساخهم.

 

Sungguh Allah Ta’ala telah memuliakan orang-orang yang bekerja dengan beberapa perkara melebihi orang-orang ahli ibadah yang tidak memiliki pekerjaan (menganggur);

وقد أكرم الله تعالى المحترفة بأمور فضلوا بها على المتعبدين من غير حرفة؛

 

1., Sesungguhnya amal salah seorang dari mereka adalah untuk dirinya sendiri, karena ia makan dari hasil pekerjaannya sendiri bukan dari sedekah dan kotoran orang-orang (zakat-zakat meraka).

الأول : أن أعمال أحدهم له لكونه يأكل من كسبه لا من صدقات الناس وأوساخهم،

 

2. Tidak adanya pengakuan sebagai orang berilmu, dan tidak adanya kesombongan terhadap orang-orang bodoh, bahkan ia menganggap hina dirinya sendiri dan menganggap mulia kepada orang lain.

الثانى : عدم دعواه العلم وتكبره على الجاهلين فيشهد حقارة نفسه وتعظيم غيره،

 

3. Selamat dari keraguan yang bersifat akal tentang Allah Ta’ala, Rasul-Nya dan hukum-hukum-Nya.

الثالث : سلامته من الشبه العقلية فى الله تعالى وفى رسله وأحكامه،

 

4. Bila terjerumus dalam kemaksiatan, ia bersaksi akan keburukannya dan ia tidak pernah menganggap bahwa ia dapat melakukan sesuatu yang dapat menghapus kesalahannya. Dan lain sebagainya.

الرابع : إذا وقع فى معصية يصير يشهد قبحها ولا يرى أنه فعل شيئا يكفرها وغير ذلك.

 

Tuanku ‘Aliy Al-Khowwash Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Menurutku orang yang makan dari hasil pekerjaannya sendiri walaupun pekerjaan makruh seperti tukang bekam dan pembuat tombak, adalah lebih baik daripada orang yang ahli ibadah yang makan dari hasil menjual agamanya dan dari pemberian orang-orang lantaran kebaikannya”.

وكان سيدى على الخواص يقول : "عندى أن الذى يأكل من كسبه ولو مكروها كالحجام والقنواتى أحسن من المتعبد الذى يأكل بدينه ويطعمه الناس بصلاحه"

 

Kemudian sudah sangat jelas bahwa; bekerja dengan tujuan untuk menumpuk-numpuk harta dan untuk membanggakan diri  itu perbuatan tercela dalam Syara’.

ثم لا يخفى أن الكسب للتكاثر والتفاخر مذموم شرعا

 

Dalam hadits terdapat riwayat; “Barangsiapa mencari harta dunia dengan cara yang halal karena untuk ditumpuk-tumpuknya dan untuk berbangga-banggaan, maka ia akan bertemu Allah Ta’ala sementara Allah dalam keadaan murka kepadanya”.

وفى الحديث "من طلب الدنيا حلالا مكاثرا مفاخرا لقى الله تعالى وهو عليه غضبان"

 

Imam As-Syafi’i rahimahullahu ta’ala berkata; “Mencari tambahan dari perkara halal adalah suatu siksaan yang dengannya Allah menguji ahli tauhid”. Ketahuilah hal itu!.

وكان الإمام الشافعى رحمه الله تعالى يقول : "طلب الزيادة من الحلال عقوبة ابتلى الله بها أهل التوحيد" فاعلم ذلك.

 

 

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Edited by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>

 

 

Post a Comment for "Malu adalah Bagian dari Sombong: Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 07-"