TERJEMAH SULLAM TAUFIQ 02
3 Macam Perkara yang Menyebabkan Murtad (Keluar dari Islam)
بسم الله الرحمن الرحيم
3 Macam Perkara yang Menyebabkan Murtad (Keluar dari Islam)
Fasal:
Bagi seluruh orang islam wajib menjaga keislamannya dan menjaganya dari
apapun yang merusak, membatalkan dan memutus keislaman tersebut. Yakni keluar
dari islam, (semoga Aallah ta’ala melindungi dari hal terebut). Era
sekarang banyak sekali perbuatan meremehkan, menyepelekan dalam berkata.
Sampai-sampai banyak orang yang mengucapkan kata-kata yang membuat mereka
keluar dari agama Islam, dam mereka tidak menganggap ucapannya sebagai dosa,
apalagi menganggapnya kekufuran. Keluar dari Islam (murtad) ada tiga macam,
yaitu; I’tiqad (keyakinan), af’al (perbuatan), dan aqwal
(ucapan). Setiap bagian tersebut menjadi bercabang-cabang yang sangat banyak. |
فَصْلٌ : يَجِبُ على كُلِّ مُسْلِمٍ حِفْظُ
إسْلامِهِ وصَوْنُهُ عَمّا يُفْسِدُهُ ويُبْطِلُهُ ويَقْطَعُهُ، وهو والعِياذُ
بِاللهِ تَعالَى، وقَدْ كَثُرَ في هذا الزَّمانِ التَّساهُلُ في الكَلامِ حَتَّى
إنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ بَعْضِهِمْ ألْفاظٌ تُخْرِجُهُمْ عن الإسْلامِ، ولا
يَرَوْنَ ذٰلك ذَنْبًا فَضْلًا عن كَوْنِهِ كُفْرًا، والرِّدَّةُ ثَلاثَةُ
أقْسامٍ: اعْتِقاداتٌ وأفْعالٌ وأقْوالٌ، وكُلُّ قِسْمٍ يَتَشَعَّبُ شُعَبًا
كَثِيرَةً. |
1. Keyakinan (Pekerjaan Hati atau Pikiran) / i'tiqad yang Menyebabkan Murtad
Termasuk
dari yang pertama (perbuatan yang menyebabkan kufur secara I’tiqad /
keyakinan) adalah: -
meragukan Allah, -
meragukan
Rasul-Nya, -
meragukan Al
Qur’an, -
meragukan hari
akhir, -
meragukan surga,
-
meragukan
neraka, -
meragukan
pahala. ataupun -
meragukan
siksaan dan
lain sebagainya yakni perkara yang mujma ’alaih (hal-hal yang sudah
menjadi kesepatan ulama serta menjadi pegetahuan umum di dalam agama) |
فَمِنَ الأوَّلِ: الشَّكُّ في اللهِ، أو
في رَسُولِهِ، أو القُرْآنِ، أو اليَوْمِ الآخِرِ، أو الجَنَّةِ، أو النّارِ، أو
الثَّوابِ، أو العِقابِ، ونَحْوِ ذٰلك مِمّا هو مُجمَعٌ عليه. |
Atau -
meyakini ada sifat wajib yang tidak dimiliki Allah seperti sifat ‘Ilm
(sifat Mengetahui), -
menisbatkan kepada Allah sifat yang tidak pantas ada pada Dzat Allah
seperti menisbatkan sifat memiliki sifat jasmani kepada Allah. |
أو اعتَقَدَ فَقْدَ صِفَةٍ مِنْ
صِفاتِ اللهِ الواجِبَةِ إجْماعًا
كَالعِلْمِ، أو نَسَبَ له صِفَةً يَجِبُ تَنْزِيهُهُ عنها إجْماعًا،
كَالجِسْمِ، |
Atau: -
menghalalkan perkara haram yang telah menjadi ijmak dan sudah
diketahui di dalam Agama secara pasti. Seperti zina, sodomi, membunuh,
mencuri dan ghasab. -
mengharamkan perkara halal yang telah menjadi ijmak dan sudah
diketahui di dalam Agama secara pasti, seperti mengharamkan jual beli dan
pernikahan, |
أو حَلَّلَ مُحَرَّمًا بِالإجْماعِ
مَعْلُومًا مِنَ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِمّا لا يَخْفَى عليه، كالزِّنا
واللِّواطِ والقَتْلِ والسَّرِقَةِ والغَصْبِ ؛ أو حَرَّمَ حَلالًا كذٰلك،
كالبَيْعِ والنِّكاحِ؛ |
Atau: -
meniadakan kewajiban yang sudah mujma’alaih. Seperti menganggap
tidak wajib melakukaan shalat lima waktu, menganggap sujud di dalam sujud di
dalam shalat itu tidak wajib, zakat, puasa, haji dan wudhu. -
Mewajibkan perkara yang tidak wajib (ketidak wajibannya yagn sudah mujma’
‘alaih). |
أو نَفَى وُجُوبَ مُجْمَعٍ عليه
كذٰلك، كَالصَّلَواتِ الخَمْسِ، أو سَجْدَةٍ منها، والزَّكاةِ، والصَّوْمِ،
والحَجِّ، والوُضُوءِ؛ أو أوْجَبَ ما لم يَجِبْ إجْماعًا كذٰلك؛ |
Atau: -
Meniadakan perkara yang sebenarnya disyariatkan, seperti menganggap shalat
rawatib itu tidak ada syariatnya (tidak ada tuntunannya). -
Bertekad untuk kufur (keluar dari islam) di waktu yang akan datang. -
Bertekad melakukan perbuatan yang bisa menyebabkan keluar dari Islam
seketika itu juga. Ragu-ragu untuk melakukan kekufuran atau tidak jadi
melakukan. Sedangkan was-was tidak termasuk yang menjadikan kafir I’tiqad. |
أو نَفَى مَشْرُوعِيَّةَ مُجْمَعٍ
عليه كذٰلك، كَالرَّواتِبِ؛ أو عَزَمَ على الكُفْرِ في المُسْتَقْبَلِ؛ أو على
فِعْلِ شَيْءٍ في الحال مِمّا ذُكِرَ، أو تَرَدَّدَ فيه، لا وَسْوَسَةٌ؛ |
Atau, -
Mengingkari sahabat Nabi kita yakni sahabat Abu bakar radhiyallahu
‘anhu -
Mengingkari kerasulan salah satu dari rasul yang sudah disepakati
kerasulannya (yakni yang berjumlah 25). |
أو أنْكَرَ صُحْبَةَ سَيِّدِنا أبِي
بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عنه؛ أو رِسالَةَ واحِدٍ مِنَ الرُّسُلِ المُجْمَعِ على
رِسالَتِهِ ؛ |
Atau -
Menentang (tidak mengakui) satu huruf yang sudah mujma’ alaih
di dalam Al Qur’an. -
Menambahkan satu huruf di dalam Al qur’an dan meyakini huruf tersebut
adalah bagian Al Qur’an, padahal sudah menjadi mujma’ alaih bahwa
huruf tersebut tidak ada di Al Qur’an. |
أو جَحَدَ حَرْفًا مُجْمَعًا عليه
مِنَ القُرْآنِ، أو زادَ حَرْفًا فيه مُجْمَعًا على نَفْيِهِ مُعْتَقِدًا أنَّهُ
منه؛ |
Atau -
Mendustakan Rasul -
Mengurangi jumlah Rasul -
Men-tasghir[1]
nama salah satu nama Rasul dengan niat meremehkan. -
Memperbolehkan (melegalkan) kenabian seseorang setelah Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. |
أو كَذَّبَ رَسُولًا، أو نَقَّصَهُ،
أو صَغَّرَ اسْمَهُ بِقَصْدِ تَحْقِيرِهِ؛ أو جَوَّزَ نُبُوَّةَ أحَدٍ بَعْدَ
نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ. |
2. Perbuatan-perbuatan (Af'al) yang Menyebabkan Murtad
Bagian
yang kedua yaitu kufur perbuatan, seperti contoh: sujud kepada berhala,
matahari atau makhluk lain. |
والقِسْمُ الثّاني أفْعالٌ،
كَسُجُودٍ لِصَنَمٍ أو شَمْسٍ أو مَخْلُوقٍ آخَرَ |
3. Perkataan-perkataan (Aqwal) yang Menyebabkan Murtad
Bagian ketiga yaitu kufur ucapan. Kufur melalui
perbuatan itu banyak sekali dan tidak bisa dihitung. Termasuk dari kufur ucapan
adalah; seorang muslim berkata kepada orang islam lain: “Hai Kafir!” ,
“Hai orang Yahudi” atau “Hai orang Nasrani” ataupun “Hei
orang tidak punya agama!” (atheis) (dan dalam pengucapan perkataan
tersebut) seraya menghendaki orang yang dipanggil termasuk orang kafir,
penganut agama Yahudi atau Nasrani ataupun tidak beragama. |
والقِسْمُ الثّالِثُ الأقْوالُ، وهي
كَثِيرَةٌ جِدًّا لا تَنْحَصِرُ، منها: أنْ يَقُولَ لِمُسْلِمٍ:
"يا كافِرُ"، أو "يا يَهُودِيُّ"، أو "يا نَصْرانيُّ"، أو "يا
عَدِيمَ الدِّينِ"، مُرِيدًا أنَّ الَّذِي عليه المُخاطَبُ مِنَ الدِّينِ
كُفْرٌ أو يَهُودِيَّةٌ أو نَصْرانِيَّةٌ أو لَيْسَ بِدِينٍ؛ |
Dan (ucapan yang menjadikan kafir) seperti
merendahkan dengan salah satu nama Allah ta’ala, dengan janji atau
dengan ancaman Allah, yakni perkara yang jelas bagi seseorang bahwa hal
tersebut mengarah pada Allah subhanahu wa ta’alaa. |
وكَالسُّخْرِيَةِ بِاسْمٍ مِنْ
أسْمائِهِ تَعالَى أو وَعْدِهِ أو وَعِيدِهِ، مِمَّن لا يَخْفَى عليه نِسْبَةُ
ذٰلك إليه سُبْحانَهُ وتعالى؛ |
Dan
seperti ucapan seseorang: “Jika Allah memerintahkanku untuk melakukan suatu
hal maka aku tidak akan mengerjakannya,”. Atau mengatakan: “Apabila Kiblat
berubah arah aku tidak akan sholat menghadap kiblat tersebut”. Atau
mengucapkan: “Jika Allah memberiku surga aku
tidak tetap tidak mau masuk”. Dalam mengatakan seluruh kalimat-kalimat
tersebut tetap menjadikan kafir baik itu hanya sekedar menyepelekan atau
terang-terangan menentang. |
وكَأنْ يَقُولَ: "لَوْ
أمَرَنِي اللهُ بِكَذا لم أفْعَلْهُ"، أو "لَوْ صارَتِ القِبْلَةُ في جِهَةِ كَذا ما صَلَّيْتُ
إليها"، أو "لَوْ أعْطانِي اللهُ الجَنَّةَ ما دَخَلْتُها"،
مُسْتَخِفًّا، أو مُظهِرًا لِلْعِنادِ، في الكُلِّ؛ |
Dan
mengatakan: “Apabila Allah menghukumku karena aku meninggalkan sholat,
padahal aku dalam kondisi sakit, maka Allah dzalim kepadaku” Atau
ungkapan pada suatu perbuatan: “Perbuatan ini terjadi diluat ketentuan Allah” Atau
mengatakan: “Jika para Nabi, malaikat atau bahkan seluruh orang islam
bersaksi mendukungku dalam suat masalah, maka aku tidak akan menerimanya” |
وكَأنْ يَقُولَ "لَوْ آخَذَنِي
اللهُ بِتَرْكِ الصَّلاةِ مَعَ ما أنا فيه مِنَ المَرَضِ ظَلَمَنِي"؛ |
Atau
mengucapkan: “Aku tidak akan melakukan perbuatan ini walapun ini sunnah”
sengan maksud merendahkan. Atau
mengatatakan: “Apabila si Anu menjadi Nabi maka aku akan beriman kepadanya” Atau
seseorang mengatakan kepada orang alim yang memberinya fatwa: “syariat yang
mana itu?” seraya meremehkan. |
أو قالَ "لا أفعَلُ كَذا وإنْ
كانَ سُنَّةً" بِقَصْدِ الاسْتِهْزاءِ؛ |
Atau
mengatakan: “Laknat Allah itu menimpa seluruh alam (makhluk Allah)”. Seraya
bermaksud menggeneralisir seluruh makhluk yang mencakup salah salah satu
Nabi. Atau
mengucapkan: “Aku berlepas tangan (tidak terikat) dari Allah” atau “berlepas
tangan dari malaikat, nabi, al Qur’an, hukum syariat, atau berlepas diri dari
agama Islam”. |
أو قالَ "لَعْنَةُ اللهِ على
كُلِّ عالِمٍ" مُرِيدًا الاسْتِغْراقَ الشّامِلَ لِأحَدِ الأنْبِياءِ، |
Atau
berkomentar pada suatu hukum syariat: “ini bukan lah hukum” atau berkomentar:
“Aku tidak tau hukum ini” seraya menghina (meremehkan) hukum Allah. |
أو قالَ لِحُكْمٍ حُكِمَ بِهِ مِنْ أحْكامِ
الشَّرِيعَةِ: "لَيْسَ هذا الحُكْمُ" أو "لا أعْرِفُ
الحُكْمَ" مُسْتَهْزِئًا بِحُكْمِ اللهِ؛ |
Atau
berkata saat menuang sesuatu ke wadah: “wa ka’san dihaaqaa”[2]
(dan wadah berisi arak yang sudah penuh). |
أو قالَ وقَدْ مَلَأَ وِعاءً:
"﴿وَكَأْسًا دِهَاقًا﴾"، |
Atau
saat menghabiskan suatu minuman mengatakan: “fa kaanat saraaba”[3]
(maka menjadi fatamorgana) |
أو أفْرَغَ شَرابًا:
"﴿فَكَانَتْ سَرَابًا﴾"، |
Atau
ketika menimbang atapun menakar sesuatu dan berkata: “wa idzaa kaluuhum au
wazanuuhum yukhsiruun”[4]
(dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi) |
أو عِنْدَ وَزْنٍ أو كَيْلٍ: "﴿وَإِذَا
كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴾"، |
Atau
saat melihat sekelompok orang mengatakan: “wahasyarnaahum falam nughaadir
minhum ahadaa”[5]
(Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan satu orangpun dari
mereka). |
أو عِنْدَ رُؤْيَةِ جَمْعٍ:
"﴿وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا﴾"، بِقَصْدِ
الاسْتِخْفافِ أو الاسْتِهْزاءِ في
الكُلِّ؛ |
Apabila
tidak dengan tujuan tersebut maka tidak dihukumi kafir. Akan tetapi, Syaikh
Ahmad Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: hal tersebut dekat dengan
keharaman (saat tidak bertujuan meremehkan atau menertawakan).
|
فإنْ كانَ بِغَيْرِ ذٰلك القَصْدِ
فَلا يَكْفُرُ لٰكِنْ قالَ الشَّيْخُ أحْمَدُ بْنُ حَجَرٍ رَحِمَهُ اللهُ:
"لا تَبْعُدُ حُرمَتُهُ"؛ |
Atau
seseorang mengatakan: “Aku akan menjadi germo/ mucikari jika aku melakukan
shalat” Atau:
“aku tidak pernah memperoleh kebaikan sejak aku shalat” Atau:
“Shalat tidak membuatku menjadi baik” (Dalam
mengucapkan perkataan tersebut) dengan tujuan merendahkan shalat,
menertawakan atau menganggap halal meninggalkan shalat atau mengolok-olok
shalat. |
أو قالَ: "أكُونُ قَوّادًا إنْ
صَلَّيْتُ"، أو "ما أصَبْتُ خَيْرًا مُنْذُ صَلَّيْتُ"، أو "الصَّلاةُ لا تَصْلُحُ لِي"،
بِقَصْدِ الاسْتِخْفافِ بِها، أو الاسْتِهْزاءِ، أو اسْتِحْلالِ تَرْكِها، أو
التَّشاؤُمِ بِها؛ |
Atau
mengatakan kepada sesama muslim: “Aku adalah musuhmu dan musuh Nabimu”. Atau
mengatakan kepada Habaib: “Aku adalah musuhmu dan musuh kakek buyutmu” dengan
memaksudkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Atau
mengucapkan suatu perkataan tidak sopan dan buruk yang serupa dengan ucapan
di atas. |
أو قالَ لِمُسْلِمٍ: "أنا عَدَوُّكَ وعَدُوُّ
نَبِيِّكَ"، أو لِشَرِيفٍ: "أنا عَدُوُّكَ وعَدُوُّ جَدِّكَ"
مُرِيدًا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ؛ |
Syaikh Ahmad ibnu Hajar dan Syaikh Qodhi ‘Iyadh rahimahumallah
telah menyebutkan banyak sekali pembahasan dan contoh di kitab mereka yaitu
kitab Al i’laam dan kitab Assyifa. Sebaiknya perlu untuk
dirujuk, karena barang siapa tidak mengetahui keburukan maka dia akan (mudah)
terjatuh di dalamnya. |
وقَدْ عَدَّ الشَّيْخُ أحْمَدُ
ابْنُ حَجَرٍ والقاضِي عِياضٌ رَحِمَهُما اللهُ في كِتابَيْهِما
"الإعْلامُ" و"الشِّفا" شَيْئًا كَثِيرًا، فَيَنْبَغِي
الاطِّلاعُ عليه، فَإنَّ مَنْ لم يَعْرِفِ الشَّرَّ يَقَعْ فيه. |
Wallahu
a’lam bisshawab
Bersambung…
Diterjemah oleh:
Admin kitabterjamahan.my.id
[1] Yakni memanggil atau menyebut nama nabi dengan
nama kecilnya dengan sengaja untuk merendahkan, seperti memanggi Muhammad
dengan muhaimid, nabi Shalih penyebutannya dengan nama Shulaih,
dan lain sebagainya.
[2] Surat An-Naba ayat 34
[3] Potongan Surat An-Naba ayat 20 lengkapnya
(وسيرت الجبال فكانت سرابا) “dan
dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorgana”
[4] Surat Al-Muthaffifiin ayat 3
[5] Potongan Surat AL-Kahfi ayat 47
Post a Comment for "TERJEMAH SULLAM TAUFIQ 02: 3 Macam Perkara yang Menyebabkan Murtad"