TERJEMAH SULAM TAUFIQ 04: 17 Rukun Shalat dan Syarat Shalat Diterima

TERJEMAH SULAM TAUFIQ 04

Kewajiban Cebok / Istinjak dan Aturan Cebok Menurut Syariat, Suci dari Hadats Merupakan Bagian dari Syarat Shalat, Syarat-syarat Bersuci, Hal-hal yang Diharamkan oleh Orang yang Tidak Berwudhu, Suci dari Najis Merupakan Bagian dari Syarat Shalat dan Cara Menghilangkan Najis, Syarat Shalat yang Lain, Perkara yang Membatalkan Shalat, Syaratnya Shalat Diterima oleh Allah, 17 Rukun Shalat

 


بسم الله الرحمن الرحيم

 

Kewajiban Cebok / Istinjak dan Aturan Cebok Menurut Syariat

Fasal: wajib melakukan istinjak (cebok) dari semua perkara basah yang keluar dari alat kelamin dan anus kecuali yang keluar adalah mani. Cebok /membersihkannya dengan air sampai tempat keluarnya tinja atau air seni tersebut menjadi suci. Atau cebok dengan mengusap tiga kali atau lebih dengan perkara yang bisa bisa menyerap, padat dan tidak dianggap mulia pada tempat keluarnya kotoran tersebut yang kotarannya tidak berpindah dan sebelum kering sampai bersih, walaupun masih ada bekas kotoran tersebut.

فَصْلٌ: يَجِبُ الاسْتِنْجاءُ مِنْ كُلِّ رَطْبٍ خارِجٍ مِنَ السَّبِيلَيْنِ غَيْرَ المَنِيِّ بِالماءِ إلى أنْ يَطْهُرَ المَحَلُّ؛ أو يَمْسَحَهُ ثَلاثَ مَسَحاتٍ أو أكْثَرَ، إلى أنْ يَنْقَى المَحَلُّ، وإنْ بَقِيَ الأثَرُ، بِقالِعٍ، طاهِرٍ، جامِدٍ  غَيْرِ مُحْتَرَمٍ، مِنْ غَيْرِ انْتِقالٍ، وقَبْلَ جَفافٍ.

 

Suci dari Hadats Merupakan Bagian dari Syarat Shalat

Fasal: termasuk bagian dari syarat-syarat shalat adalah bersuci dari hadas besar, yakni mandi wajib. Perkara yang mewajibkan mandi wajib ada 5 perkara, yaitu; 1) Keluar mani, 2) Bersetubuh, 3) Haidh, 4) Nifas, 5) melahirkan.

فَصْلٌ: ومِنْ شُرُوطِ الصَّلاةِ: الطَّهارَةُ عَنِ الحَدَثِ الأَكْبَرِ، وهو الغُسْلُ، والَّذِي يُوجِبُهُ خَمْسَةُ أَشْياءَ: خُرُوجُ المَنِيِّ والجِماعُ والحَيْضُ والنِّفاسُ والوِلادَةُ.

 

Fardhu / rukun mandi besar ada dua: 1) Berniat menghilangkan hadas besar atau yang semakna, 2) meratakan membasuh air pada seluruh tubuh hingga kulit dan rambut walaupun lebat.

وفُرُوضُ الغُسْلِ اثْنانِ: نِيَّةُ رَفْعِ الحَدَثِ الأَكْبَرِ أو نَحْوُها، وتَعْمِيمُ جَمِيعِ البَدَنِ بَشَرًا وشَعَرًا وإنْ كَثُفَ.

 

Syarat-syarat Bersuci

Fasal: syarat-syarat bersuci yaitu; beragama islam, tamyiz, tidak ada yang menghalangi air sampai ke tempat yang dibasuh, mengalirkan air, air yang digunakan harus bersifat mensucikan, gambaran air mensucikan adalah nama dari air tidak hilang atau berubah karena perkara suci yang tercampur atau terlarut, air tidak berubah sebab najis walaupun perubahannya sedikit, apabila air tersebut kurang dari dua qullah, maka harus ditambahi supaya menjadi dua qullah (supaya menjadi air yan mensucikan lagi), tidak terkena najis yang tidak ma’fu, air tersebut bukan air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis.

فَصْلٌ : شروْطُ الطَّهارَةِ: الإسْلامُ، والتَّمْيِيزُ، وعَدَمُ المانِعِ مِنْ وُصُولِ الماءِ إلى المَغْسُولِ، والسَّيَلانُ، وأنْ يَكُونَ الماءُ مُطَهِّرًا، بأنْ: لا يُسْلَبَ اسْمَهُ بِمُخالَطَةِ طاهِرٍ يَسْتَغْنِي الماءُ عنه، وأنْ لا يَتَغَيَّرَ بِنَجِسٍ ولو تَغَيُّرًا يَسِيرًا، وإنْ كانَ الماءُ دُونَ القُلَّتَيْنِ زِيدَ أنْ لا يُلاقِيَهُ نَجِسٌ غَيْرُ مَعْفُوٍّ عنه، و لا اسْتُعْمِلَ في رَفْعِ حَدَثٍ أو إزالَةِ نَجَسٍ.

 

Orang yang tidak menemukan air untuk bersuci atau saat menggunakan air malah akan membahayakan orang tersebut, maka bersucinya diganti dengan tayamum. (pelakasanaan tayamaum harus) setelah waktu shalat masuk, setelah menghilangkan najis, dan mengetahui arah kiblat. Tayamumnya menggunakan debu murni yang mensucikan serta memiliki ghubar (debu yang beterbangan), debu tersebut diusapkan pada wajah dan kedua tangan dengan niat mendapat kebolehan untuk melakukan sholat fardhu dan niat tersebut dimulai sejak memindah debu sampai mengusap wajah.

ومَنْ لم يَجِدِ الماءَ أو كانَ يَضرُّهُ الماءُ تَيَمَّمَ، بَعْدَ دُخُولِ الوَقْتِ، وزَوالِ النَّجاسَةِ، ومَعْرِفَةِ القِبْلَةِ، بِتُرابٍ خالِصٍ طَهُورٍ له غُبارٌ، في الوَجْهِ واليَدَيْنِ، يُرَتِّبُهُما بِضَرْبَتَيْنِ، بِنِيَّةِ اسْتِباحَةِ فَرْضِ الصَّلاةِ، مَعَ النَّقْلِ ومَسْحِ أَوَّلِ الوَجْهِ.

 

Hal-hal yang Diharamkan oleh Orang yang Tidak Berwudhu

Fasal: Orang yang wudhunya sudah rusak atau batal haram baginya melakukan; shalat, thawaf, membawa mushaf, menyentuh mushaf Al Qur’an kecuali bagi anak-anak dalam rangka belajar. Ketiga tadi juga haram dilakukan oleh yang junub (memiliki hadas besar) ditambah haram membaca Al-Qur’an, berdiam diri dalam masjid. (keenam) ini juga haram dilakukan oleh wanita yang haid dan wanita nifas ditambah haram melakukan puasa sebelum haid atau nifasnya berhenti dan haram melayani suami yakni bersenang-senang pada bagian antara pusar dan lutut sebelum melakukan mandi besar.

فَصْلٌ: ومَنِ انْتَقَضَ وُضُوؤُهُ حَرُمَ عليه: الصَّلاةُ، والطَّوافُ، وحَمْلُ المُصْحَفِ، ومَسُّهُ، إلّا الصَّبِيَّ لِلدِّراسَةِ، وعلى الجُنُبِ هٰذه، وقِراءَةُ القُرْآنِ، ومُكْثُ المَسْجِدِ، وعلى الحائِضِ والنُّفَساءِ هٰذه، والصَّوْمُ قَبْلَ الانْقِطاعِ، وتَمْكِينُ الزَّوْجِ مِنَ الاسْتِمْتاعِ بِما بَيْنَ سُرَّتِها ورُكْبَتِها قَبْلَ الغُسْلِ.

 

Suci dari Najis Merupakan Bagian dari Syarat Shalat dan Cara Menghilangkan Najis

Fasal: Sebagian syarat-syarat shalat adalah suci dari najis baik itu di badan, pakaian, tempat shalat dan barang yang dibawa. Oleh karena itu, apabila orang yang shalat terkena najis atau pakaiannya ataupun barang bawaannya maka shalatnya batal kecuali ia langsung menghalau / melemparnya, atau (tidak menjadikan batal) najis yang mengenainya adalah najis yang dimaafkan seperti darah pada lukanya.

فَصْلٌ: ومِنْ شُرُوطِ الصَّلاةِ الطَّهارَةُ عَنِ النَّجاسَةِ: في البَدَنِ، والثَّوْبِ، والمَكانِ، والمَحْمُولِ له، فَإنْ لاقاهُ نَجِسٌ أو لاقَى ثِيابَهُ أو مَحْمُولَهُ بَطَلَتْ صَلاتُهُ إلّا أنْ يُلْقِيَهُ حالًا، أو يَكُونَ مَعْفُوًّا عَنْهُ كَدَمِ جُرْحِهِ.

 

Dan wajib menghilangkan najis yang tidak dimaafkan syariat dengan cara menghilangkan najis itu sendiri, termasuk rasa, warna dan baunya, menghilangkannya menggunakan air. Dan najis hukmiyyah cara menghilangkannya adalah dengan mengalirkan air pada najis hukmiyyah tersebut. Sementara itu najis yang berasal dari anjing (najis mughalladlah) dengan membasuhnya tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu/ tanah. Air yang menghilangkan keberadaan najis anjing walaupun sampai beberapa basuhan itu masih dihitung satu basuhan. Dan disyaratkan dalam tata cara menghilangkan najis tersebut airnya yang mendatangi najis tersebut (air dialirkan pada yang terkena najis) apabila air yang dipakai itu sedikit (kurang dari dua qullah).

ويَجِبُ إزالَةُ نَجِسٍ لم يُعْفَ عَنْهُ بِإزالَةِ العَيْنِ، مِنْ طَعْمٍ ولَوْنٍ ورِيحٍ، بِالماءِ المُطَهِّرِ، و الحُكْمِيَّةِ بِجَرْيِ الماءِ عليها، والكَلْبِيَّةِ: بِغَسْلِها سَبْعًا، إحْداهُنَّ مَمْزُوجَةٌ بِالتُّرابِ؛ والمُزِيلَةُ لِلْعَيْنِ وإنْ تَعَدَّدَتْ واحِدَةٌ، ويُشْتَرَطُ وُرُودُ الماءِ إنْ كانَ قَلِيلًا

 

Syarat Shalat yang Lain

Fasal: Termasuk dari syarat-syarat shalat yaitu: menghadap kiblat, dilaksanakan saat waktu sudah mauk, beragama islam, tamyiz, mengetahui kefardhuan shalat, tidak meyakini perkara yang wajib (rukun shalat) sebagai kesunahan, menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan bagi perempuan merdeka dengan perkara yang bisa menutupi warna kulit, dan menutupi antara pusar dan lutut bagi laki-laki dan budak perempuan. Penutupan aurat tersebut dari semua sisi akan tetapi tidak dari arah bawah.

فَصْلٌ: ومِنْ شُرُوطِ الصَّلاةِ: اسْتِقْبالُ القِبْلَةِ، ودُخُولُ الوَقْتِ، والإسْلامُ، والتَّمْيِيزُ، والعِلْمُ بِفَرْضِيَّتِها، وأنْ لا يَعْتَقِدَ فَرْضًا مِنْ فُرُوضِها سُنَّةً، والسَّتْرُ بِما يَسْتُرُ لَوْنَ البَشَرَةِ لِجَمِيعِ بَدَنِ الحُرَّةِ إلّا الوَجْهَ والكَفَّيْنِ، وسَتْرُ ما بَيْنَ السُّرَّةِ والرُّكْبَةِ لِلذَّكَرِ والأَمَةِ، مِنْ كُلِّ الجَوانِبِ لا الأَسْفَلِ.

 

Perkara yang Membatalkan Shalat

Fasal: Shalat menjadi batal sebab:

berbicara, walaupun hanya dua huruf atau satu huruf yang memahamkan kecuali ketika lupa dan yang diucapkan sedikit.

Melakukan pergerakan yang banyak serta berturut-turut, seperti melakukan tiga gerakan.

Melakukan satu gerakan yang melampaui batas.

Dengan menambah rukun fi’li (rukun yang berupa gerakan shalat)

Melakukan satu gerakan dengan tujuan main-main.

Makan dan minum, kecuali ketika lupa dan hanya sedikit.

Berniat memutus shalat

Menggantungkan memutus shalat

Ragu-ragu untuk meneruskan atau memutus shalat, gambarannya ragu-ragu dalam niat pada takbiratul ihram, keraguan tersebut sampai melewati satu rukun atau keraguan tersebut berlangsung lama.

فَصْلٌ: وتَبْطُلُ الصَّلاةُ بِالكَلامِ ولو بِحَرْفَيْنِ أو بِحَرْفٍ مُفْهِمٍ، إلّا إنْ نَسِيَ وقَلَّ، وبِالأَفْعالِ الكَثِيرَةِ المُتَوالِيَةِ، كَثَلاثِ حَرَكاتٍ، وبِالحَرَكَةِ المُفْرِطَةِ، وبِزِيادَةِ رُكْنٍ فِعْليٍّ، وبِالحَرَكَةِ الواحِدَةِ لِلَّعِبِ، وبِالأَكْلِ والشُّرْبِ، إلّا إنْ نَسِيَ وقَلَّ، وبِنِيَّةِ قَطْعِ الصَّلاةِ، وبِتَعْلِيقِ قَطْعِها، وبِالتَّرَدُّدِ فيه، وبأنْ يَمْضِيَ رُكْنٌ مَعَ الشَّكِّ في نِيَّةِ التَّحَرُّمِ، أو يَطُولَ زَمَنُ الشَّكِّ.

 

Syaratnya Shalat Diterima oleh Allah

Fasal: Di samping syarat-syarat yang sudah disebutkan, supaya shalatnya diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, disyaratkan juga:

-           Orang yang melakukan shalat menyengaja (berniat) hanya untuk Allah semata,

-           Halalnya perkara yang dimakan, pakaian dan tempat shalatnya,

-           Menghadirkan hati saat di dalam shalat (konsentrasi penuh), karena orang yang shalat tidak mendapatkan bagian dari shalatnya kecuali apa yang ia pikirkan (di dalam shalat)

-     Tidak takjub (ujub) pada shalatnya sendiri.

فَصْلٌ: وشُرِطَ مَعَ ما مَرَّ، لِقَبُولِها عِنْدَ اللهِ سُبْحانَهُ وتَعالى أنْ يَقْصِدَ بِها وَجْهَ اللهِ وَحْدَهُ، وأنْ يَكُونَ مَأْكَلُهُ ومَلْبُوسُهُ ومُصَلّاهُ حَلالًا، وأنْ يُحضِرَ قَلْبَهُ فيها ، فَلَيْسَ لَهُ مِنْ صَلاتِهِ إلّا ما عَقَلَ منها، وأنْ لا يُعْجَبَ بِها.

 

17 Rukun Shalat

Fasal: Rukun-rukun shalat ada 17, yaitu:

1.      Niat di dalam hati. Dalam niat harus menentukan (ta’yin) sebab shalat atau waktunya, juga harus berniat kefardhuan shalat pada shalat fardhu.

2.      Mengucapkan Allahu Akbar sekira suaranya bisa didengar sediri begitu juga rukun-rukun qouli lain (rukun shalat yang berupa ucapan) .

3.      Berdiri pada shalat fardhu bagi yang mampu.

4.      Membaca surat al fatihah berserta basmalah, tasydid-tasydidnya, berkesinambungannya, urutannya, membaca huruf sesuai makhrajnya, tidak melakukan lahn yang merusak makna. Sedangkan membaca lahn tanpa merusak makna itu hukumnya haram, walapun tidak membatalkan shalat.

فَصْلٌ: أَرْكانُ الصَّلاةِ سَبْعَةَ عَشَرَ رُكْنًا: الأوَّلُ: نِيَّةٌ بِالقَلْبِ، ويُعَيِّنُ ذاتَ السَّبَبِ والوَقْتِ، ويَنْوِي الفَرْضِيَّةَ في الفَرْضِ، ويَقُولُ بِحَيْثُ يُسْمِعُ نَفْسَهُ كَكُلِّ رُكْنٍ قَوْليٍّ: "اللهُ أَكْبَر، وهو ثانِي أرْكانِها، الثّالِثُ: القِيامُ في الفَرْضِ لِلْقادِرِ، الرّابِعُ: قِراءَةُ الفاتِحَةِ، بِالبَسْمَلَةِ، والتَّشْدِيداتِ، ومُوالاتِها، وتَرْتِيبِها، وإخْراجِ الحُرُوفِ مِنْ مَخارِجِها، وعَدَمِ اللَّحْنِ المُخِلِّ بِالمَعْنَى، ويَحْرُمُ اللَّحْنُ الَّذِي لا يُخِلُّ، ولا يُبْطِلُ،

 

5.      Rukuk, gambarannya yaitu sekira kedua telapak tangan meraih /memegang kedua lutut.

6.      Tuma’ninah dalam ruku’ kira-kira bacaan subhanallah.

7.      I’tidal, gambarannya berdiri tegak.

8.      Tuma’ninah dalam I’tidal.

9.      Sujud dua kali, gambarannya yaitu; seseorang meletakkan jidatya yang terbuka (tidak ada penghalang di jidanya) pada tempat shalat, dalam keadaan menitikberatkan pada jidat dan menjungkir, seraya meletakkan sebagian dari dua lutut, bagian dalam telapak tangan dann bagian dalam jari-jari kaki.

10.  Tuma’ninah dalam sujud.

11.  Duduk di antara dua sujud.

12.  Tuma’ninah dalam duduk di antara dua sujud.

الخامِسُ: الرُّكُوعُ بِأنْ يَنْحَنِيَ بِحَيْثُ تَنالُ راحَتاهُ رُكْبَتَيْهِ، السّادِسُ: الطُّمَأْنِينَةُ فيه بِقَدْرِ سُبْحانَ اللهِ، السّابِعُ: الاعْتِدالُ بِأنْ يَنْتَصِبَ قائِمًا، الثّامِنُ: الطُّمَأْنِينَةُ فيه، التّاسِعُ: السُّجُودُ مَرَّتَيْنِ بِأنْ يَضَعَ جَبْهَتَهُ على مُصَلّاهُ مَكْشُوفَةً ومُتَثاقِلًا بِها ومُنَكِّسًا، ويَضَعَ شَيْئًا مِنْ رُكْبَتَيْهِ، ومِنْ بُطُونِ كَفَّيْهِ، ومِنْ بُطُونِ أَصابِعِ رِجْلَيْهِ، العاشِرُ: الطُّمَأْنِينَةُ فيه، الحادِي عَشَرَ: الجُلُوسُ بين السَّجْدَتَيْنِ، الثانِي عَشَرَ: الطُّمَأْنِينَةُ فيه،

 

13.  Duduk karena untuk melakukan tasyahud akhir dan rukun setelahnya.

14.  Tasyahud akhir, dengan membaca: “attahiyyatul mubaarokatus sholawatut thoyyibaatu lillah, assalamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullah wabaarakatuh, assalamu’alaina wa ‘ala ‘ibaadillahis shaalihiin, asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rosulullah”.

15.  Membaca shalawat pada nabi Muhammad SAW, minimal shalawat membaca: “allahumma sholli ‘ala muhammad”.

16.  Membaca salam, minimal bacaan salam: assalamu’alaikum,

17.  Tartib (berurutan). Apabila seseorang sengaja tidak urut, seperti melakukan sujud sebelum rukuk maka shalatnya batal. Jika seseorang tidak tartib karena lupa maka harus kembali pada rukun yang lebih awal. Namun, apabila ingatnya pada setelah menjumpai rukun yang sama pada rakaat berikutnya atau setelah melakukan rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka  ia menyempurnakan pada rakaat itu (rakaat tempat ia ingat ). Dan rakaan yang ia lupa tidak dianggap sama sekali.

الثّالِثَ عَشَرَ: الجُلُوسُ، لِلتَّشَهُّدِ الأَخِيرِ وما بَعْدَهُ، الرّابِعَ عَشَرَ: التَّشَهُّدُ الأَخِيرُ، فَـيَقُولَ: "التَّحِيّاتُ المُبارَكاتُ الصَّلَواتُ الطَّيِّباتُ للهِ، السَّلامُ عَلَيْكَ أيُّها النَّبِيُّ ورَحْمَةُ اللهِ وبَرَكاتُهُ، السَّلامُ عَلَيْنا وعلى عِبادِ اللهِ الصّالِحينَ، أَشْهَدُ أَنْ لا إلٰهَ إلّا اللهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ"، الخامِسَ عَشَرَ: الصَّلاةُ على النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسَلَّمَ،وأَقَلُّها: "اللّٰهُمَّ صَلِّ على مُحَمَّدٍ"، السّادِسَ عَشَرَ: السَّلامُ، وأَقَلُّهُ: "السَّلامُ عَلَيْكُمْ"، السّابِعَ عَشَرَ: التَّرْتِيبُ، فَإِنْ تَعَمَّدَ تَرْكَهُ، كَأَنْ سَجَدَ قَبْلَ رُكُوعِهِ بَطَلَتْ، وإِنْ سَها فَلْيَعُدْ إليه إلّا أنْ يَكُونَ في مِثْلِهِ أو بَعْدَهُ، فَتَتِمُّ بِهِ رَكْعَتُهُ، ولَغا ما سَها بِهِ.

 

 

Wallahu a’lam bisshawab

Bersambung…

 

Diterjemah oleh:

Admin kitabterjamahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Selanjutnya … >>

Post a Comment for "TERJEMAH SULAM TAUFIQ 04: 17 Rukun Shalat dan Syarat Shalat Diterima"