9 Tanda-tanda Riya’ -Pamer- dan Macam-macamnya ( BAG. II ): Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 05-

 Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

9 Tanda-tanda Riya’ (Pamer) dan Macam-macamnya dari yang Murni hingga yang Samar

Meninggalkan Suatu Amal Perbuatan karena Orang Lain (ke 6 – ke 9)

( BAG. II )

 


بسم الله الرحمن الرحيم

Tanda Keenam Meninggalkan Suatu Amal Perbuatan karena Orang Lain 

(Keenam) Sebagian dari riya’ yang lembut (yang berikutnya) adalah meninggalkan suatu amal perbuatan karena orang lain.

ومنها : ترك العمل من أجل الناس.

 

Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah Ta’ala berkata: Meninggalkan amal perbuatan karena orang lain adalah riya’ (pamer), melakukan amal perbuatan karena orang lain itu syirik. Dan ikhlas adalah ketika Allah Al Haqq wa Ta’ala menyelamatkan dari keduanya.

قال الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى : "ترك العمل من أجل الناس رياء، والعمل من أجل الناس شرك، والإخلاص أن يعافيك الحق تعالى منها"

 

Makna dari perkataan Fudhail bin ‘Iyadh tersebut adalah orang yang menyengaja melakukan suatu ibadah atau tidak jadi melakukan ibadah karena khawatir dilihat orang lain merupakan pelaku riya’ (orang yang pamer). Karena dia dalam meninggalkannya (tidak jadi melakukan ibadah) karena orang lain.

ومعنى ذلك أن من عزم على عبادة وتركها مخفة  أن يراها الناس فهو مراء، لأنه تركها من أجل الناس.

 

Adapun jika dia tidak jadi melakukan ibadah karena ingin melakukannya di tempat yang sepi maka hal ini disunnahkan, kecuali ibadah yang wajib, zakat atau dia adalah seorang tokoh yang menjadi panutan masyarakat, maka dalam kondisi ini lebih utama untuk menampakkan amal ibadahnya.

أما لو تركها ليفعلها فى الخلوة فهذا مستحب إلا أن تكون فريضة أو زكاة واجبة أو يكون ممن يقتدى به فالجهر فى ذلك أفضل.

 

Tanda Ketujuh Menceritakan Amal-amal Kebaikan yang Terjadi di Masa Lalu 

(Ketujuh) Sebagian dari riya’ yang lembut (yang berikutnya) adalah menceritakan amal-amal kebaikan yang terjadi di masa lalu, padahal dulu tidak ada satupun orang yang mengetahuinya, (hal tersebut tidak boleh dilakukan) kecuali ada tujuan yang bersifat syariat.

ومنها حكاية الأعمال الصاحات التى وقعت فى أزمان مضت ولم يشعر بها أحد إلا لغرض شرعي،

 

Oleh karena itu, (apabila) dalam menceritakan amal kebaikannya tanpa adanya tujuan syara’, maka amal baiknya akan menjadi bentuk riya’ seperti pada saat dikerjakan (walaupun amal baiknya sudah dilakukan di masa lalu).

فإن حكايتها بغير غرض شرعي يردها إلى صورة الرياء بها حال عملها.

 

Salah satu wasiat Tuanku Ali Al-Khawwas Rahimahullah Ta’ala kepada sahabat-sahabatnya adalah; Waspadalah kalian semua dari memperdengarkan amal-amal kalian. Karena hal tersebut membatalkan (amal sholih) sama halnya dengan riya’, seperti penjelasan dari Hadits Nabi.

ومن وصية سيدى على الخواص رحمه الله تعالى لأصحابه : احذروا من التسميع بأعمالكم فإنه يبطلها كالرياء على حد سواء كما صرح بذلك الحديث،

 

Akan tetapi, memperdengarkan kebaikan itu terdapat ada penawar (jalan keluarnya), yaitu Seorang hamba merasa menyesal dan bertaubat dengan taubat yang benar karena telah melakukan hal tersebut. Gambaran taubat yang benar adalah ia tidak akan memperdengarkan lagi kebaikan-kebaikannya kepada orang lain. Karena taubat yang benar itu menghapus kesalahan-kesalahan tersebut.

لكن للتسميع دواء، وهو أن يندم العبد على ذلك ويتوب من ذلك توبة صادقة بأنه لا يعود يسمع أحدا من الناس من أعماله، إذ التوبة الصادقة تمحو تلك الزلة،

 

Oleh sebab itu, ketika ia telah taubat seperti itu, maka amal baiknya akan menjadi utuh (sah) kembali dengan Kehendak Allah Ta’ala.

فإذا تاب كذلك رجع العمل صحيحا بمشيئة الله تعالى.

 

Perumpamaan masalah tersebut itu seperti orang yang sehat jasmaninya, lalu suatu penyakit datang merusak kesehatannya. Kemudian dia mengkonsumsi obat yang tepat, lalu Allah menghilangkan penyakit darinya dan berkat Anugerah Allah tubuhnya kembali dalam kondisi sehat. Jadi bisa diketahui, memperdengarkan kebaikan itu ada penawarnya, berbeda dengan riya’ karena riya’ merusak suatu amal dari pangkalnya.

ومثل ذلك كمثل رجل كان صحيح الجسم ثم طرأ عليه مرض أفسد صحته فاستعمل دواء نافعا فأزال الله تعالى به ذلك المرض وعاد الجسم بفضل الله تعالى إلى حال صحته، فعلم  أن للتسميع دواء، بخلاف الرياء لأنه يفسد من أصله.

 

Tanda Kedelapan Menghentikan Senda Gurau yang Mubah Ketika Orang yang disegani Datang 

(Kedelapan) Sebagian dari riya’ yang lembut (yang berikutnya) adalah menghentikan senda gurau yang diperbolehkan secara syariat ketika ada orang yang disegani datang.

ومنها قطع المزح المباح إذا دخل من يستحيا منه،

 

Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah Ta’ala telah berkata: “apabila dikatakan bahwa Presiden akan datang kepadamu saat ini, lalu aku merapikan jenggot dengan kedua tanganku, maka aku benar-benar takut kalau aku ditulis di buku catatan orang-orang munafik.

وقد كان الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى يقول : "لو قيل أن أمير المؤمنين داخل عليك الساعة فسويت لحيتى بيدي لخفت أن أكتب فى جريدة المنافقين"

 

Oleh karena itu, kalian jangan menghentikan senda gurau yang diperbolehkan syariat –wahai saudaraku- teruskan saja, kecuali dengan adanya niat yang baik. Sesungguhnya terbongkarnya rahasia seseorang di hadapan orang yang disegani  itu lebih utama daripada orang tersebut melakukan sifat kemunafikan.

فلا تقطع يا أخى المزح المباح لأجل داخل عليك إلا بنية صالحة، فإن خرق ناموس العبد عند من يستحيا منه أولى من ارتكابه صفة النفاق.

 

Tanda Kesembilan Menambahi Posisi Membungkuk dan Konsentrasi

 

(Kesembilan) Termasuk dari riya’ yang lembut (berikutnya) adalah menambahi posisi membungkuk dan konsentrasi karena ada salah satu orang besar atau tokoh lain yang datang.

ومنها الزيادة فى الإطراق والخشوع لدخول أحد من الأكابر وغيرهم،

 

Tuanku Ali Al-Khawwas Rahimahullah Ta’ala telah berkata: ketika seorang penguasa datang kepadamu, sementara dikedua tanganmu terdapat tasbih yang kau gunakan untuk membaca tasbih (dzikir), maka berhentilah, kecuali disertai niat yang baik. Dan hindarilah! Saat salah satu dari kalian sedang duduk-duduk sembari tertawa dalam keadaan lupa kepada Allah Ta’ala. Kemudian seorang Penguasa datang kepadamu, lalu kamu langsung mengambil tasbih yang kemudian kau gunakan untuk berdzikir, kecuali disertai niat yang baik. (Hal ini perlu diwaspadai) karena menghindari terjerumus pada perbuatan riya’ yang melebur amal-amal kebaikan.

وقد كان سيدى على الخواص رحمه الله تعالى يقول : "إذا دخل على أحدكم أمير وفى يديه سبحة يسبح بها فلا يدمها فى يده إلا بنية صالحة، وليحذر من أن يكون جالسا يضحك وهو غافل عن الله تعالى فيدخل عليه أمير فيأخذ السبحة بيده فيسبح بها إلا بنية صالحة هروبا من الوقوع فى الرياء المحبط للأعمال"

 

Riya’ yang njelimet-njelimet (sulit dideteksi) banyak sekali disebutkan di kitab-kitab Ulama ahli thariqah. Cari tahulah di sana! Wahai saudaraku.

ودقائق الرياء كثيرة مذكورة فى كتب القوم فاعلم ذلك يا أخي

  

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Translated by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>

Post a Comment for "9 Tanda-tanda Riya’ -Pamer- dan Macam-macamnya ( BAG. II ): Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 05-"