9 Tanda-tanda Riya’ -Pamer- dan Macam-macamnya ( BAG. I ): Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 04-

Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah

9 Tanda-tanda Riya’ (Pamer) dan Macam-macamnya dari yang Murni hingga yang Samar (ke 1 – ke 5)

( BAG. I )


بسم الله الرحمن الرحيم

Efek Buruk dan Tanda Umum Riya’

(Waspadalah pada perbuatan riya’ (pamer) yang sangat lembut) karena dikhawatirkan pahala-pahala (ibadah) menjadi sia-sia dan hati menjadi gelap. Termasuk dari riya’ yang sangat lembut adalah merasa enak, nyaman dan merasa begitu menikmati ibadah.

(وَاحْذَرْ مِنْ دَقَائِقِ الرِّيَاءِ) خوفا من ضياع الأجور وظلمة القلب، ومن دقائق الرياء استحلاء العبادة.

 

Shahibul Washiyyat (Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al Matbuli) berkata: (Riya’ adalah racun yang membunuh lagi perkara yang melebur amal). Seandainya tidak ada sedikitpun penyaksian orang-orang yang lemah/ miskin pada keagungan diri mereka di sisi manusia sebab mereka terjaga tidak tidur pada malam hari penuh. Maka, mereka tidak akan mampu terjaga  tidak tidur semalam penuh, apalagi tidak tidur terus-menerus tiap malam.

قال صاحب الوصية : (سم قاتل محبط للعمل) ولو لا شهود الضعفاء تعظيم مقامهم عند الناس بسهر الليالى الكاملة مااستطاعوا سهر ليلة كاملة فضلا عن دوام السهر.

 

Tanda Pertama Riya’ Merasa enak, nikmat dan senang di dalam ibadah

Orang-orang yang makrifat telah bersepakat bahwa; termasuk dari tanda-tanda riya’ adalah:

(Pertama), Merasa enak, nikmat dan senang di dalam ibadah. Karena nafsu tidak akan merasa senang dalam ibadah kecuali ibadah tersebut sejalan dengan keinginan nafsu tersebut. Apabila ibadah bersih dari hawa nafsu maka ibadah akan terasa berat.

وقد أجمع العارفون على ان من علامة الرياء استحلاء العبادة، لأن النفس لا تستلذ العبادة إلا إن وافقت هواها، ولو أنها خلصت من الهوى لثقل عليها،

 

Tanda Kedua beramal karena Allah sekaligus karena Sesuatu Lain 

(Kedua) Sebagian tanda riya’ adalah beramal karena Allah dan (juga) karena sesuatu lain.

ومنها العمل لله تعالى ولشيء آخر.

 

Tuanku Abdul Qadir ad-Dusythuthi Rahimahullahu Ta’ala berkata: Kamu harus memurnikan tujuanmu karena Allah Ta’ala, dan jangan remehkan hal tersebut. Apabila kamu rela hatimu tercampur (dengan sesuatu selain Allah) maka kamu akan celaka. Seperti halnya motif yang mendorongmu untuk melakukan ibadah ada dua perkara, yakni motif dunia dan (sekaligus) motif akhirat. Hal ini merupakan model riya’ yang tersulit bagi para pemula. Karena, hal tersebut menjadi bias (tidak jelas) dan sulit bagi mereka terlepas dari masalah ini. Berbeda dengan riya’ yang murni, masalah ini bisa dipahami dengan sedikit analisis.

قال سيدى عبد القادر الدشطوطى رحمه الله تعالى : عليك بإخلاص القصد لله تعالى ولا تتهاون فى ذلك وترضى بتلبيس نفسك عليك فتهلك : كأن يكون الباعث لك فى فعل العبادات أمرين : "فان" و "باق" وهذا من أصعب طرق الرياء على المبتدئين، لأنه يشبه عليهم ويعسر عليهم الإخلاص منه، بخلاف الرياء المجرد فإنه يفهم بأدنى تأمل.

 

Tuanku Abdul Qadir ad-Dusythuthi berkata (lagi): apabila motif akhirat melebihi motif duniawi maka yang seperti ini disebut riya’.

قال : ولو غلب الباقى على الفانى فهو رياء

 

Perkataan sebagian Ulama (yaitu): Ketika Motif Akhirat mendominasi maka dihukumi ukhrowi. Hal tersebut hanya bagi para pelaku ibadah yang tidak mampu untuk menempuh jalan thariqah. Adapun orang yang mampu menempuh jalan thariqah yakni para Ulama yang ahli beramal shalih, hal yang seperti itu tidak ditolerir.

وقول بعضهم إذا غلب الباعث الباقى كان الحكم له إنما هو فى حق العوامل الذين لا يقدرون على سلوك الطريق أما من يقدر على سلوك الطريق من العلماء العاملين فلا يسامح بمثل ذلك،

 

Contoh motif akhirat bersamaan dengan motif dunia yaitu saat kamu memiliki suatu kepentingan pada seorang penguasa atau seorang tokoh. Pada saat itu penguasa atau tokoh sedang sholat Jum’at atau sholat yang lain di shaf (barisan) pertama atau sholat satu tempat yang dikhususkan untuk mereka. Lalu kamu berupaya sholat dengan serius dan bersungguh-sungguh di samping mereka dengan tujuan keinginanmu (kepentinganmu) terlaksana, sholatmu bukan karena untuk menunaikan kewajiban di tempat tersebut.

Dari yang telah diketahui yaitu motif perbuatan tersebut adalah niat/motif pertama (yakni motif supaya kepentingannya tercapai) bukan berniat melaksanakan sholat dengan sesempurna mungkin.

ومثال الفانى والباقى أن يكون لك عند أمير أو معظم حاجة وذلك الأمير أو المعظم يصلى الجمعة او غيرها فى صف الاول او فى مكان معروف به فتهجد فى الصلاة إلى جانبه لتحصل مرادك منه لا لتؤدى الفريضة فى ذلك المكان على تلك الصفة، ومعلوم أن الباعث على ذلك العمل هو ذلك القصد الأول لا قصد إتقان أمور الصلاة،

 

 

Para Ulama telah bersepakat bahwa; Memurnikan niat itu wajib, supaya niatnya orang-orang menjadi satu niat tunggal yang bergantung pada Dzat Yang Maha Esa. Hal tersebut bertujuan supaya mereka bisa mencium harumnya Meng-Esakan Allah Al Haqq wa Ta’ala.

وقد أجمعوا على أن توحيد القصد واجب ليجعلوا لهم هما واحدا متعلقا بواحد ليشم من توحيد الحق تعالى رائحة،

 

Tanda Ketiga Beribadah dengan Maksud Mendekatkan Diri 

(Ketiga) Termasuk dari riya’ yang lembut adalah beribadah dengan maksud mendekatkan diri ke hadirat Allah Ta’ala. Karena masalah ini seperti halnya melakukan suatu pekerjaan dengan meminta imbalan. Para ulama berkata: “Penyakit ini merupakan penyakit yang paling samar, kadang-kadang pelakunya sudah naik kedudukannya dekat kehadirat Allah Ta’ala, kemudian dikatakan kepada dia:

ومنها العبادة بقصد التقرب من حضرة الله تعالى، فإن ذلك كالعمل بأجرة. قالوا وهذا العلة أخفى العلل، وربما ترقى صاحبها إلى قريب من حضرة الله تعالى فيقال له:

 

“Kembalilah, kau bukanlah orang yang pantas dekat ke hadirat Allah, yang dinilai pantas adalah orang yang beribadah kepada AllahTa’ala hanya dengan alasan ketaatan dan kepatuhan pada perintah-Nya dan kesetiaan pada kewajiban yang menjadi Hak Allah Ta’ala

ارجع لست من أهلها إنما أهلها من يعبد الله تعالى أمتثالا لأمره ووفاء بواجب حقه تعالى.

 

Tanda Keempat Menyatakan Diri telah Sampai pada Suatu Maqam 

(Keempat) Sebagian dari riya’ yang lembut (lagi) adalah menyatakan diri (telah sampai pada) maqam-maqam ibadah sebelum mencapainya, atau sudah mencapainya, akan tetapi tidak diijinkan untuk menampakkannya. Kemudian orang yang menyatakan diri tadi akan dihukum dengan terhalang dari perkara yang ia anggap telah mencapainya tadi, lalu dia selamanya tidak akan pernah mendapatkan dan mencapai maqam yang ia klaim setelah apa yang ia perbuat, seperti kejadian-kejadian yang sudah sudah terbukti.

ومنها ادعاء المقامات قبل بلوغها أو بعد بلوغها ولم يؤذن لهم فى إظهارها، ثم أن ذلك المدعى يعاقب بحرمان ما ادعاه فلا ينال بعد ذلك أبدا كما جرب.

 

Tanda Kelima Merasa Senang Ibadahnya Diketahui Orang Lain 

(Kelima) Termasuk dari riya’ yang lembut (lagi) adalah merasa senang ibadah dan perbuatan baik lainnya diketahui orang lain.

ومنها محبة اطلاع الناس على العبادة وغيرها.

 

Syaikh Abu Hasan Assyadili rahimahullah berkata: “sebagian dari perkara yang paling berbahaya bagi para muriid adalah memperbanyak amal perbuatan yang baik seraya berharap ia mendapat pujian atas amal perbuatannya. (Hal ini menjadi berbahaya) karena Si muriid tidak menjadi tambah sebab banyaknya amal ibadah kecuali ia bertambah jauh dan semakin dimurkai oleh Allah”

قال الشيخ أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى : "من أضر شيء على المريدين الإكثار من الأعمال الصالحات لعله يحمد على ذلك إذ لا يزداد بكثرتها إلا طردا ومقتا"

 

Masalah ini (memperbanyak amal supaya dipuji) adalah perkara yang samar bagi mayoritas pada muriid. Dengan alasan seperti ini, para Ulama mengharuskan pada Si Muriid untuk menyembunyikan amal ibadahnya semampunya sampai ia merasa tidak goyah dan benar-benar kuat.

وهذا يخفى على كثير من المريدين، ومن هنا أوجبوا على المريد الإسرار بعمله حسب طاقته حتى يقوى ويتمكن.

 

Beliau berkata lagi: kadang-kadang seorang muriid melakukan suatu perkara yang menjadikan ia dipuji, sementara ia tidak bermaksud untuk mendapatkan pujian. Kemudian ia menyangka bahwa dirinya adalah orang yang ikhlas, padahal sebenarnya dia sedang dalam kondisi sedang riya’ (pamer).

وقال أيضا : ربما يفعل المريد أمرا يحمد عليه ولا يقصده فيظن أنه مخلص والحال أنه مراء .

 

Perkara tersebut seperti halnya seorang muriid menolak suatu pemberian dari orang lain dengan maksud untuk menjaga kehormatan dan harga diri, kemudian masyarakat memujinya atas perbuatan yang ia lakukan. Lalu Si Muriid malah memperhatikan dan fokus pada pujian dari masyarakat, maka perbuatan yang dilakukan Si Muriid kembali menjadi riya’, walapun pada mulanya ia tidak bermaksud seperti itu.

وذلك كأن يرد مثلا ما يعطيه له الناس تعففا فيحمده الناس على ذلك فيصغى إلى مدحهم فيرجع عمله إلى الرياء ولو لم يقصد ذلك أولا.

 

Wallahu ‘alam bisshawab.

Bersambung.

 

Translated by:

Kitabterjemahan.my.id

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>


Post a Comment for "9 Tanda-tanda Riya’ -Pamer- dan Macam-macamnya ( BAG. I ): Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 04-"