Hadits Ifki (Hoax), ‘Aisyah Difitnah Selingkuh: Terjemah Abi Jamroh Hadits 119 –Ngaji 17-

Ngaji Terjemah Kitab Mukhtasor Abi Jamroh

Hadits ke 119

Hadits yang Mengisahkan ‘Aisyah Menerima Tuduhan dan Fitnah telah Berbuat Selingkuh kepada Rasulullah (Hadits Ifki) 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

119. Hadits yang Mengisahkan ‘Aisyah Menerima Tuduhan dan Fitnah telah Berbuat Selingkuh kepada Rasulullah (Hadits Ifki)

119 – Dari 'Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika, Ia berkata: Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak melakukan perjalanan, beliau melakukan pengundian di antara istri-istrinya. Siapa saja yang bagian undiannya keluar, maka ia akan pergi menemani Nabi.

۱۱۹ - عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ أَزْوَاجِهِ ، فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ ،

 

Lalu beliau melakukan pengundian di antara kami pada suatu peperangan yang akan beliau hadapi. Kemudian undian yang keluar adalah undian bagianku setelah turunnya ayat hijab (mengenai perintah untuk membuat batas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.)

فَأَقْرَعَ بَيْنَنَا فِي غَزْوَةٍ غَزَاهَا ، فَخَرَجَ سَهْمِي ، فَخَرَجْتُ مَعَهُ بَعْدَ مَا أُنْزِلَ الْحِجَابُ ،

 

Selanjutnya aku dinaikkan ke sekedup, dan ditempatkan di dalamnya. Kemudian aku pun berangkat, sampai Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam selesai dari peperangannya dan pulang. Pada suatu malam saat kami sudah dekat dengan kota Madinah, Rasulullah memberitahukan pemberangkatan lagi (setelah rombongan selesai melakukan istirahat). Kemudian aku berjalan melewati para tentara, saat aku menyelesaikan keperluanku aku menuju pelana unta, aku mengusap bagian dadaku, tiba-tiba kalungku yang terbuat dari untaian kayu wangi telah putus. Maka aku pun kembali untuk mencari kalung itu sampai pencarian kalung tersebut menahanku (untuk naik ke sekedup dan melakukan perjalanan pulang).

فَأَنَا أُحْمَلُ فِي هَوْدَجٍ ، وَأُنْزَلُ فِيهِ فَسِرْنَا حَتَّى إِذَا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ غَزْوَتِهِ تِلْكَ ، وَقَفَلَ وَدَنَوْنَا مِنْ الْمَدِينَةِ آذَنَ لَيْلَةً بِالرَّحِيلِ فَقُمْتُ حِينَ آذَنُوا بِالرَّحِيلِ ، فَمَشَيْتُ حَتَّى جَاوَزْتُ الْجَيْشَ فَلَمَّا قَضَيْتُ شَأْنِي أَقْبَلْتُ إِلَى الرَّحْلِ فَلَمَسْتُ صَدْرِي ، فَإِذَا عِقْدٌ لِي مِنْ جَزْعِ أَظْفَارٍ قَدْ انْقَطَعَ فَرَجَعْتُ ، فَالْتَمَسْتُ عِقْدِي فَحَبَسَنِي ابْتِغَاؤُهُ

 

Kemudian rombongan yang membersamaiku dalam perjalanan mengangkat dan menaikkan sekedupku ke punggung onta yang aku naiki, sementara mereka mengira aku sudah ada di dalamnya. Dulu para perempuan saat ikut di dalam peperangan bobotnya ringan-ringan, tidak berat dan tidak dipenuhi dengan daging. Perempuan-perempuan itu hanya memakan satu sendok makanan.

فَأَقْبَلَ الَّذِينَ يَرْحَلُونَ لِي فَاحْتَمَلُوا هَوْدَجِي فَرَحَلُوهُ عَلَى بَعِيرِي الَّذِي كُنْتُ أَرْكَبُ وَهُمْ يَحْسِبُونَ أَنِّي فِيهِ ، وَكَانَ النِّسَاءُ إِذْ ذَاكَ خِفَافًا لَمْ يَثْقُلْنَ وَلَمْ يَغْشَهُنَّ اللَّحْمُ ، وَإِنَّمَا يَأْكُلْنَ الْعُلْقَةَ مِنْ الطَّعَامِ

 

Oleh karena itu, mereka tidak curiga saat mengangkatnya, kemudian mereka pun menaikkan sekedupnya. Sementara aku dulu adalah wanita muda yang baru berumur. Lalu mereka membangkitkan untanya dan berangkat.

فَلَمْ يَسْتَنْكِرْ الْقَوْمُ حِينَ رَفَعُوهُ ثِقَلَ الْهَوْدَجِ فَاحْتَمَلُوهُ ، وَكُنْتُ جَارِيَةً حَدِيثَةَ السِّنِّ فَبَعَثُوا الْجَمَلَ وَسَارُوا

 

Kemudian aku pun menemukan kalungku setelah para tentara berlalu. Lalu aku mendatangi tempat para tentara dan sudah tidak ada satu orang pun. Aku pun bermaksud untuk ke tempatku semula dengan harapan mereka akan merasa kehilanganku dan mereka pun kembali ke tempatku.

فَوَجَدْتُ عِقْدِي بَعْدَ مَا اسْتَمَرَّ الْجَيْشُ ، فَجِئْتُ مَنْزِلَهُمْ وَلَيْسَ فِيهِ أَحَدٌ فَأَمَمْتُ مَنْزِلِي الَّذِي كُنْتُ فِيْهِ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ سَيَفْقِدُونَنِي فَيَرْجِعُونَ إِلَيَّ ،

 

Pada saat aku duduk, tanpa sadar aku tertidur. Dan Shafwan Ibnu Mu’atthal Assulami lalu kabilah Dzakwan adalah rombongan yang berada di belakang tentara (rombonganku) itu sudah berada di tempatku. Kemudian Shafwab melihat bayangan hitam manusia yang sedang tidur, lalu Ia mendatangiku, sementara, dia adalah orang sudah pernah melihatku sebelum ayat hijab turun.

فَبَيْنَا أَنَا جَالِسَةٌ غَلَبَتْنِي عَيْنَايَ فَنِمْتُ ، وَكَانَ صَفْوَانُ بْنُ الْمُعَطَّلِ السُّلَمِيُّ ، ثُمَّ الذَّكْوَانِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْجَيْشِ فَأَصْبَحَ عِنْدَ مَنْزِلِي ، فَرَأَى سَوَادَ إِنْسَانٍ نَائِمٍ ، فَأَتَانِي وَكَانَ يَرَانِي قَبْلَ الْحِجَابِ

 

Aku pun terbangun sebab suara Shafwan membaca istirja’ (membaca innalillahi wa inna ilaihi raajiun) sampai sampai dia menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya, lalu aku pun menaiki tunggangannya itu. Kemudian dia berangkat sembari menuntun ontanya hingga kami dapat menyusul rombongan.

فَاسْتَيْقَظْتُ بِاسْتِرْجَاعِهِ حِينَ أَنَاخَ رَاحِلَتَهُ فَوَطِئَ يَدَهَا فَرَكِبْتُهَا ، فَانْطَلَقَ يَقُودُ بِي الرَّاحِلَةَ حَتَّى أَتَيْنَا الْجَيْشَ

 

Setelah mereka singgah untuk melepas lelah ketika siang berada di puncaknya. Maka binasalah siapa saja yang memang binasa. Dan orang yang berperan menyebarkan tuduhan adalah 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Kami tiba di Madinah dan aku menderita sakit selama satu bulan sementara orang-orang mulai terpengaruh dengan berita bohong (tuduhan) ini dan mereka membiarkan aku dalam kondisi sakit apalagi aku tidak melihat sifat lembut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang biasa aku dapatkan jika aku sakit. Beliau hanya menjenguk aku lalu memberi salam lalu bertanya tentang keadaanku hanya dengan memberi isyarat, sedang aku tidak menyadari sedikitpun apa yang sedang terjadi sampai aku pulih.

بَعْدَ مَا نَزَلُوا مُعَرِّسِينَ فِي نَحْرِ الظَّهِيرَةِ فَهَلَكَ مَنْ هَلَكَ ، وَكَانَ الَّذِي تَوَلَّى الْإِفْكَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ ابْنُ سَلُولَ ، فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَاشْتَكَيْتُ بِهَا شَهْرًا وهُمْ يُفِيضُونَ مِنْ قَوْلِ أَصْحَابِ الْإِفْكِ وَيَرِيبُنِي فِي وَجَعِي أَنِّي لَا أَرَى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللُّطْفَ الَّذِي كُنْتُ أَرَى مِنْهُ حِينَ أَمْرَضُ ، وَإِنَّمَا يَدْخُلُ فَيُسَلِّمُ ، ثُمَّ يَقُولُ: كَيْفَ تِيكُمْ ، وَلَا أَشْعُرُ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ حَتَّى نَقَهْتُ،

 

Setelah itu, aku keluar bersama Ummu Misthoh menuju tempat kami biasa membuang hajat, kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari, itu terjadi sebelum kami mengambil tabir dekat dengan rumah kami, kebiasaan kami saat itu yaitu kebiasaan orang-orang Arab dahulu (arab tradisional) bila berada di luar rumah atau di lapangan terbuka. Maka kami, aku dan Ummu Misthoh binti Abi Ruhum berjalan, lalu dia tergelincir karena selendang pakainya sembari mengumpat: "Celakalah Misthoh". Aku katakan: "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang yang pernah ikut perang Badar?" Dia berkata: "Wahai baginda putri, apakah Baginda belum mendengar apa yang mereka perbincangkan?" Lalu dia memeberitahuku tentang berita bohong (tuduhan keji).

فَخَرَجْتُ أَنَا وَأُمُّ مِسْطَحٍ قِبَلَ الْمَنَاصِعِ مُتَبَرَّزُنَا ، وَكُنَّا لَا نَخْرُجُ إِلَّا لَيْلًا إِلَى لَيْلٍ ، وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ نَتَّخِذَ الْكُنُفَ قَرِيبًا مِنْ بُيُوتِنَا ، وَأَمْرُنَا أَمْرُ الْعَرَبِ الْأُوَلِ فِي الْبَرِّيَّةِ ، أَوْ فِي التَّنَزُّهِ ، فَأَقْبَلْتُ أَنَا وَأُمُّ مِسْطَحٍ بِنْتُ أَبِي رُهْمٍ نَمْشِي فَعَثَرَتْ فِي مِرْطِهَا ، فَقَالَتْ: تَعِسَ مِسْطَحٌ ، فَقُلْتُ لَهَا: بِئْسَ مَا قُلْتِ ، أَتَسُبِّينَ رَجُلًا شَهِدَ بَدْرًا؟ فَقَالَتْ: يَا هَنْتَاهْ أَلَمْ تَسْمَعِي مَا قَالُوا؟ فَأَخْبَرَتْنِي بِقَوْلِ أَهْلِ الْإِفْكِ

 

Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan.

فَازْدَدْتُ مَرَضًا عَلَى مَرَضِي ،

 

Ketika aku sudah kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk menemuiku lalu memberi salam dan berkata: "Bagaimana keadaanmu?" Aku jawab: "izinkan aku untuk pulang ke rumah kedua orang tuaku". 'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku". Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberiku izin

فَلَمَّا رَجَعْتُ إِلَى بَيْتِي دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَسَلَّمَ فَقَالَ: كَيْفَ تِيكُمْ؟ فَقُلْتُ: ائْذَنْ لِي إِلَى أَبَوَيَّ ، قَالَتْ: وَأَنَا حِينَئِذٍ أُرِيدُ أَنْ أَسْتَيْقِنَ الْخَبَرَ مِنْ قِبَلِهِمَا فَأَذِنَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،

 

Kemudian aku menemui kedua orang tuaku, lalu aku tanyakan kepada ibuku: "Apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai ananda, anggaplah ringan urusan yang sedang menimpa dirimu ini. Sungguh demi Allah, sangat jarang seorang wanita yang tinggal bersama seorang suami yang dia mencintainya padahal ia mempunyai isteri lain, melainkan isteri-isteri lainnya akan menyebarluaskan aibnya". Aku katakan: "Subhanallah, sungguh orang-orang sudah memperbincangkan masalah ini?" Aisyah berkata: "Maka aku melewati malam itu hingga pagi dengan air mata tak bisa lagi menetes karena habis dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga ketika pagi hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum juga turun untuk mengajak keduanya bermusyawarah perihal rencana menceraikan isteri-isteri Beliau.

فَأَتَيْتُ أَبَوَيَّ ، فَقُلْتُ: لِأُمِّي مَا يَتَحَدَّثُ بِهِ النَّاسُ؟ فَقَالَتْ: يَا بِنْتِيْ هَوِّنِي عَلَى نَفْسِكِ الشَّأْنَ ، فَوَاللَّهِ لَقَلَّمَا كَانَتْ امْرَأَةٌ قَطُّ وَضِيئَةٌ عِنْدَ رَجُلٍ يُحِبُّهَا وَلَهَا ضَرَائِرُ إِلَّا أَكْثَرْنَ عَلَيْهَا ، فَقُلْتُ: سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَلَقَدْ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ بِهَذَا؟ قَالَتْ: فَبِتُّ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّى أَصْبَحْتُ لَا يَرْقَأُ لِي دَمْعٌ ، وَلَا أَكْتَحِلُ بِنَوْمٍ ، ثُمَّ أَصْبَحْتُ ، فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ ، وَأُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ حِينَ اسْتَلْبَثَ الْوَحْيُ ، يَسْتَشِيرُهُمَا فِي فِرَاقِ أَهْلِهِ ،

 

Adapun Usamah, ia memberi isyarat kepadanya dengan apa yang diketahuinya secara persis karena kecintaannya kepada rumah tangga Rasulullah. Usamah berkata: "Keluarga Baginda wahai Rasulullah, demi Allah tidaklah kami mengenalnya melainkan kebaikan semata". Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan Baginda sebab masih banyak wanita-wanita lain selain dia dan tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang dia akan membenarkan baginda".

فَأَمَّا أُسَامَةُ فَأَشَارَ عَلَيْهِ بِالَّذِي يَعْلَمُ فِي نَفْسِهِ مِنْ الْوُدِّ لَهُمْ ، فَقَالَ أُسَامَةُ: أَهْلُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، وَلَا نَعْلَمُ وَاللَّهِ إِلَّا خَيْرًا ، وَأَمَّا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ يُضَيِّقْ اللَّهُ عَلَيْكَ وَالنِّسَاءُ سِوَاهَا كَثِيرٌ ، وَسَلْ الْجَارِيَةَ تَصْدُقْكَ ،

 

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Barirah lalu berkata: "Wahai Barirah, apakah kamu melihat pada diri Aisyah sesuatu yang meragukan kamu tentangnya?" Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus Engkau dengan kebenaran sejati, saya sama sekali belum pernah melihat aib pada diri Aisyah yang bisa saya gunakan untuk dibongkar, kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, yang ketika dia masih sangat muda dia pernah ketiduran saat menjaga adonan rotinya, lantas ada hewan ternak datang dan memakan adonan tersebut". Maka

فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَرِيرَةَ ، فَقَالَ: يَا بَرِيرَةُ ، هَلْ رَأَيْتِ فِيهَا شَيْئًا يَرِيبُكِ؟ فَقَالَتْ بَرِيرَةُ: لَا ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ إِنْ رَأَيْتُ مِنْهَا أَمْرًا أَغْمِصُهُ عَلَيْهَا قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ أَنَّهَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ تَنَامُ عَنْ الْعَجِينِ فَتَأْتِي الدَّاجِنُ فَتَأْكُلُهُ ،

 

Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri untuk kemudian meminta pertanggung jawaban 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: "Wahai para kaum muslimin! siapakah yang bisa mengemukakan pertanggungjawaban terhadapku terhadap seseorang yang telah kudengar telah menyakiti keluargaku?. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluarga melainkan kebaikan semata. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang laki-laki (maksudnya Shofwan yang diisukan selingkuh) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan semata, yang dia tidak pernah mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku".

فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَوْمِهِ فَاسْتَعْذَرَ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيٍّ ابْنِ سَلُولَ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِميْنَ ، مَنْ يَعْذُرُنِي فِيْ رَجُلٍ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهْلِي ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ عَلَى أَهْلِي إِلَّا خَيْرًا ، وَقَدْ ذَكَرُوا رَجُلًا مَا عَلِمْتُ عَلَيْهِ إِلَّا خَيْرًا ، وَمَا كَانَ يَدْخُلُ عَلَى أَهْلِي إِلَّا مَعِي ،

 

Maka Sa'ad bin Mu'adz berdiri lalu berkata: "Wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, kami akan penggal batang lehernya dan seandainya dari saudara-saudara kami suku Khazraj, perintahkanlah kami pasti akan kami laksanakan perintah Baginda tersebut".

فَقَامَ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَنَا وَاللَّهِ أَعْذُرُكَ مِنْهُ إِنْ كَانَ مِنْ الْأَوْسِ ضَرَبْنَا عُنُقَهُ ، وَإِنْ كَانَ مِنْ إِخْوَانِنَا مِنْ الْخَزْرَجِ أَمَرْتَنَا فَفَعَلْنَا فِيهِ أَمْرَكَ ،

 

Lalu Sa'ad bin 'Ubadah pun berdiri, pimpinan suku Khazraj, yang sebelumnya dia adalah orang yang shalih namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan: "Dusta kamu, kamu tidak akan pernah bisa membunuhnya dan tidak akan bisa membalaskannya".

فَقَامَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ ، وَهُوَ سَيِّدُ الْخَزْرَجِ ، وَكَانَ قَبْلَ ذَلِكَ رَجُلًا صَالِحًا وَلَكِنْ احْتَمَلَتْهُ الْحَمِيَّةُ ، فَقَالَ: كَذَبْتَ لَعَمْرُ اللَّهِ لَا تَقْتُلُهُ ، وَلَا تَقْدِرُ عَلَى ذَلِكَ ،

 

 

Kemudian Usaid bin Hudhoir berdiri seraya berkata: "Justru kamu yang dusta, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu sudah menjadi munafiq karena membela orang-orang munafiq".

فَقَامَ أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ فَقَالَ: كَذَبْتَ ، لَعَمْرُ اللَّهِ وَاللَّهِ لَنَقْتُلَنَّهُ فَإِنَّكَ مُنَافِقٌ تُجَادِلُ عَنْ الْمُنَافِقِينَ

 

Maka terjadilah perang mulut antara suku Aus dan Khazraj hingga sudah saling ingin melampiaskan kekesalannya padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih berdiri di atas mimbar hingga akhirnya Beliau turun lalu menenangkan mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan Beliau pun diam. Maka aku menangis sepanjang hariku hingga air mataku tak bisa lagi menetes karena kering dan aku tidak bisa tidur karenanya hingga akhirnya kedua orang tuaku berada di sisiku sedangkan aku sudah menangis selama dua malam satu hari hingga aku mengira tangisanku telah menghancurkan hatiku".

فَثَارَ الْحَيَّانِ الْأَوْسُ وَالْخَزْرَجُ حَتَّى هَمُّوا ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ ، فَنَزَلَ فَخَفَّضَهُمْ حَتَّى سَكَتُوا وَسَكَتَ ، وَبَكَيْتُ يَوْمِي لَا يَرْقَأُ لِي دَمْعٌ وَلَا أَكْتَحِلُ بِنَوْمٍ فَأَصْبَحَ عِنْدِي أَبَوَايَ قَدْ بَكَيْتُ ، لَيْلَتَيْنِ وَيَوْمًا حَتَّى أَظُنُّ أَنَّ الْبُكَاءَ فَالِقٌ كَبِدِي ،

 

Aisyah bercerita (lagi): "Ketika kedua orang tuaku sedang duduk di dekatku sementara aku terus saja menangis tiba-tiba ada seorang wanita Anshar yang meminta izin masuk lalu aku ijinkan kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku. Ketika dalam keadaan seperti itu tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang lalu duduk, namun tidak duduk di dekatku sebagaimana saat Beliau menyampaikan apa yang telah terjadi denganku sebelum ini, sedangkan peristiwa ini sudah berlalu selama satu bulan dan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini".

قَالَتْ: فَبَيْنَا هُمَا جَالِسَانِ عِنْدِي وَأَنَا أَبْكِي إِذْ اسْتَأْذَنَتْ امْرَأَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَأَذِنْتُ لَهَا فَجَلَسَتْ تَبْكِي مَعِي ، فَبَيْنَا نَحْنُ كَذَلِكَ إِذْ دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ وَلَمْ يَجْلِسْ عِنْدِي مِنْ يَوْمِ قِيلَ فِيَّ مَا قِيلَ قَبْلَهَا ، وَقَدْ مَكَثَ شَهْرًا لَا يُوحَى إِلَيْهِ فِي شَأْنِي شَيْءٌ ،

 

Aisyah berkata: "Maka Beliau bersaksi membaca dua kalimah syahadah kemudian berkata: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini begini. Jika kamu bersih tidak bersalah pasti nanti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu jatuh pada perbuatan dosa maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertobatlah kepada-Nya karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertobat maka Allah pasti akan menerima tobatnya".

قَالَتْ: فَتَشَهَّدَ ، ثُمَّ قَالَ، يَا عَائِشَةُ ، أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ بَلَغَنِي عَنْكِ كَذَا وَكَذَا ، فَإِنْ كُنْتِ بَرِيئَةً فَسَيُبَرِّئُكِ اللَّهُ ، وَإِنْ كُنْتِ أَلْمَمْتِ فَاسْتَغْفِرِي اللَّهَ وَتُوبِي إِلَيْهِ ، فَإِنَّ الْعَبْدَ إِذَا اعْتَرَفَ بِذَنْبِهِ ثُمَّ تَابَ تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ ،

 

Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan kalimat yang disampaikan, air mataku mengering hingga tak kurasakan setetes pun. Lalu aku katakan kepada bapakku: "Jawablah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang aku". Bapakku berkata: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam". Lalu aku katakan kepada ibuku: "Jawablah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang aku dari apa yang barusan Beliau katakan". Ibuku pun menjawab: "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam".

فَلَمَّا قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقَالَتَهُ قَلَصَ دَمْعِي حَتَّى مَا أُحِسُّ مِنْهُ قَطْرَةً ، وَقُلْتُ لِأَبِي: أَجِبْ عَنِّي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا قضالَ، فَقُلْتُ لِأُمِّي: أَجِيبِي عَنِّي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا قَالَ ، قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا أَدْرِي مَا أَقُولُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

 

 

'Aisyah berkata: "Aku hanyalah seorang anak perempuan yang masih muda yang aku tidak banyak membaca Al Qur'an". Aku katakan: "Sesungguhnya aku, demi Allah, aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang banyak dan kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku tentang ini. Dan seandainya aku mengakui kepada kalian tentang urusan ini padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf ketika dia berkata: ("Bersabarlah dengan sabar yang baik, dan Allah tempat meminta pertolongan dari segala yang kalian gambarkan"). (QS. Yusuf 18).

قَالَتْ: وَأَنَا جَارِيَةٌ حَدِيثَةُ السِّنِّ لَا أَقْرَأُ كَثِيرًا مِنْ الْقُرْآنِ ، فَقُلْتُ: إِنِّي وَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمْتُ أَنَّكُمْ سَمِعْتُمْ مَا تَحَدَّثَ بِهِ النَّاسُ ، وَوَقَرَ فِي أَنْفُسِكُمْ وَصَدَّقْتُمْ بِهِ ، وَلَئِنْ قُلْتُ لَكُمْ إِنِّي بَرِيئَةٌ ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنِّي لَبَرِيئَةٌ ، لَا تُصَدِّقُونِي بِذَلِكَ ، وَلَئِنْ اعْتَرَفْتُ لَكُمْ بِأَمْرٍ ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَنِّي لَبَرِيئَةٌ لَتُصَدِّقُنِّي ، وَاللَّهِ مَا أَجِدُ لِي وَلَكُمْ مَثَلًا إِلَّا أَبَا يُوسُفَ إِذْ قَالَ: { فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ، وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ } ،

 

Kemudian setelah itu aku pergi menuju tempat tidurku dengan berharap Allah akan membersihkan aku, akan tetapi demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah menurunkan suatu wahyu tentang urusan yang menimpaku ini. Karena tidak pantas kalau Al Qur'an turun untuk membicarakan masalahku ini.

ثُمَّ تَحَوَّلْتُ عَلَى فِرَاشِي ، وَأَنَا أَرْجُو أَنْ يُبَرِّئَنِيَ اللَّهُ ، وَلَكِنْ وَاللَّهِ مَا ظَنَنْتُ أَنْ يُنْزِلَ فِي شَأْنِي وَحْيًا ، وَلَأَنَا أَحْقَرُ فِي نَفْسِي مِنْ أَنْ يُتَكَلَّمَ بِالْقُرْآنِ فِي أَمْرِي ،

 

Tetapi aku hanya berharap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan wahyu lewat mimpi yang Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah, belum beliau menuju majelisnya dan belum pula dari Ahlu Bait yang keluar, hingga diturunkan wahyu kepada Beliau. Maka Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana Beliau biasa menerimanya dalam keadaan demam sangat berat dengan bercucuran keringat.

وَلَكِنْ كُنْتُ أَرْجُو أَنْ يَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّوْمِ رُؤْيَا يُبَرِّئُنِي اللَّهُ بِهَا ، فَوَاللَّهِ مَا رَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجْلِسَهُ ، وَلَا خَرَجَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ حَتَّى أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْهِ الْوَحْيَ ، فَأَخَذَهُ مَا كَانَ يَأْخُذُهُ مِنَ الْبُرَحَاءِ حَتَّى إِنَّهُ لَيَتَحَدَّرُ مِنْهُ مِثْلُ الْجِمَانِ مِنَ الْعَرَقِ فِيْ يَوْمٍ شَاتٍ ،

 

Setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selesai menerima wahyu, sembari tertawa, maka kalimat pertama yang Beliau ucapkan adalah saat Beliau berkata kepadaku: "Wahai 'Aisyah, pujilah Allah, sungguh Allah telah membersihkan kamu". Lalu ibuku berkata, kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui Rasulullah".

فَلَمَّا سُرًى عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَضْحَكُ فَكَانَ أَوَّلَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا أَنْ قَالَ لِيْ:  يَا عَائِشَةُ احْمَدِيْ اللهَ فَقَدْ بَرَأَكِ اللهُ ، فَقَالَتْ: لِيْ أُمِّيْ قُوْمِيْ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،

 

Lalu akupun menjawab: "Tidak mau, Demi Allah, aku tidak akan berdiri menemuinya dan tidak akan aku memuji siapapun selain Allah Ta’ala. Maka Allah menurunkan ayat ("Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong di antara kalian adalah masih golongan kalian juga. Janganlah kalian menduganya sebagai keburukan bahkan dia merupakan kebaikan buat kalian…"). (QS. Annur 11).

فَقُلْتُ: لَا ، وَاللهِ لَا أَقُوْمُ إِلَيْهِ وَلَا أَحْمَدُ إِلَّا اللهَ ، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: { إِنَّ الَّذِيْنَ جَاؤُوْا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ } ، الآيَاتِ ،

 

Ketika turun ayat ini yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan, Abu Bakar ash-Shiddiq radliallahu ‘anhu yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya karena dia sudah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah". Maka kemudian Allah menurunkan ayat: ("Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak lagi memberikan kepada …..hingga ayat…. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang") (QS. Annur 22). Maka Abu Bakar berkata: "Ya, demi Allah, sungguh aku sangat berkeinginan bila Allah mengampuniku". Maka Abu Bakar kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya.

فَلَمَّا أَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ هَذَا فِيْ بَرَاءَتِيْ ، قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ وَكَانَ يُنْفِقُ عَلَى مِسْطَحِ بْنِ أَثَاثَةَ لِقَرَابَتِهِ مِنْهُ ، واللهِ لَا أَنْفِقُ عَلَى مِسْطَحِ شَيْئًا أَبَدًا بَعْدَ مَا قَالَ لِعَائِشَةَ . فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: { وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ - إِلَى قَوْلِهِ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ } ، فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: بَلَى وَاللهِ إِنِّيْ لَأُحِبُّ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لِيْ ، فَرَجَعَ مِسطَحٍ الَّذِيْ كَانَ يَجْرِيْ عَلَيْهِ ،

 

 

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?" Maka Zainab berkata: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengeahui tentang dia melainkan kebaikan". Kata 'Aisyah: " Padahal Zainab orangnya sebelumnya merasa lebih mulia daripada aku, yang kemudian Allah menjaganya dengan kewara'an"

وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَسْأَلُ زَيْنَبَ بِنْتَ جَحْشٍ عَنْ أَمْرِيْ ، فَقَالَ: يَا زَيْنَبُ ، مَا رَأَيْتِ؟ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَحْمِيْ سَمْعِيْ وَبَصَرِيْ ، وَاللهِ مَا عَلِمْتُ عَلَيْهَا إِلَّا خَيْرًا . قَالَتْ: وَهِيَ الَّتِيْ كَانَتْ تُسَامِيْنِيْ فَعَصَمَهَا اللهُ بِالْوَرَعِ

Wallahu a’lam bisshawab

Bersambung….

 

Translated By: K. Syamsul Arifin, Bengkulu

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>

 

Post a Comment for " Hadits Ifki (Hoax), ‘Aisyah Difitnah Selingkuh: Terjemah Abi Jamroh Hadits 119 –Ngaji 17-"