Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah
Pengertian Dunia, Meninggalkan Dunia Menurut Tasawuf dan Hakikat Zuhud
بسم الله الرحمن الرحيم
Ketahuilah
hal tersebut (perihal mengenai taubat) wahai saudaraku, tetaplah bertaubat dan bencilah dunia karena
mengikuti Allah Ta’ala, sebab Allah Ta’ala tidak pernah melihat
pada dunia sejak Dia menciptakannya karena sangat benci terhadapnya. Di
sebutkan di dalam sebuah hadits; “Cinta harta dan berlebih-lebihan, keduanya
dapat menumbuhkan sifat munafiq di dalam hati sebagaimana air yang dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan”. |
فاعلم ذلك يا أخى والزم التوبة
وابغض الدنيا تبعا لله تعالى فإن الله تعالى لم ينظر اليها منذ خلقها لشدة بغضه
لها. وفى الحديث "حب المال والسرف ينبتان النفاق فى القلب كما ينبت الماء
البقل" |
Dan
Abu ‘Abdillah Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullahu Ta’ala berkata;
Seandainya seorang hamba membaktikan diri kepada Allah Ta’ala dengan
menjalankan semua perintah-Nya, hanya saja ia cinta dunia, maka pada hari
kiamat kelak ia akan dipanggil dihadapan seluruh makhluk; “Ingatlah! Bahwa
fulan bin fulan ini adalah orang yang mencintai apa yang dibenci Allah Al
Haq Ta’ala”, sampai-sampai nyaris saja daging wajahnya rontok. |
وقد كان أبو عبد الله سفيان الثورى
رحمه الله تعالى يقول : لو أن عبدا عبد الله تعالى بجميع المأمورات إلا أنه يحب
الدنيا إلا نودي عليه يوم القيامة على رؤس الجميع "ألا إن هذا فلان بن قلان
قد أحب ما أبغض الحق تعالى" فيكاد لحم وجهه يسقط. |
Yang
dimaksud dengan dunia adalah sesuatu yang melebihi kebutuhannya secara
syariat. |
والمراد بالدنيا ما زاد على الحاجة
الشرعية، |
Abu
Al-Hasan ‘Aliy bin Muzayyin Rahimahullahu Ta’ala berkata;
Seandainya kalian mensucikan seseorang sehingga kalian menjadikannya orang
yang paling benar, jurur tulus bahkan lurus, maka Allah Al Haqq Ta’ala
tidak akan mempedulikannya manakala Ia menempatkan dunia di dalam hatinya. |
وكان ابو الحسن على بن المزين رحمه
الله تعالى يقول : لو زكيتم رجلا حتى جعلتموه صديقا لا يعبأ الحق تعالى به وهو
يساكن الدنيا بقلبه، |
Beliau
ditanya; Bagaimana jika Ia menempatkan dunia (di hatinya) karena untuk
menafkahi saudara, keluarga dan orang-orang yang wajib dinafkahinya? Abu
Al-Hasan ‘Aly bin Muzayyin menjawab; Kami menghindari dari jebakan ini, demi
Allah, tidaklah hancur orang-orang dari golongan ahli thariqat kecuali
karena rasa manisnya dunia (kekayaan, harta)
yang ada didalam hatinya. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia,
Aku benar-benar mengetahui orang yang memasukkan harta dunia pada dirinya
kemudian Ia membagi-bagikan harta tersebut atas dasar memenuhi hak-hak Allah Ta’ala,
maka hal tersebut walapun bersamaan dengan terbebasnya dari dosa tanggung
jawab, menjadikan penghalang yang memutuskan dirinya dari Allah Ta’ala. |
فقيل له فإذا ساكنها لأجل
إخوانه وعياله وغيرهم من الملازم لينفقها عليهم؟ فقال : دعونا من هذا الزلفات، والله
ما هلك من هلك من أهل الطريق الا من حلاوة الغنى فى نفوسهم، والله الذى لا إله
إلا هو إنى لأعرف من يدخل عليه عرض الدنيا فيقسمه على حقوق الله تعالى فيصير ذلك
مع براءة ساحته حجابا قاطعا له عن الله تعالى، |
Tuanku
Abu Al Hasan As-Syadziliy Rahimahullahu Ta’ala berkata;
“Seorang murid[1] tidak
akan pernah naik peringkat (yakni tingkatan maqam (kedudukan di sisi
Allah) sama sekali, kecuali kencintaannya apda Allah Al Haqq Ta’ala
benar-benar terbukti nyata, dan Allah Al Haqq Ta’ala tidak
akan pernah mencintainya sampai Ia benci terhadap dunia dan orang-orang yang
cinta dunia, serta berlaku zuhud (meninggalkan) terhadap kenikmatan di
dunia dan akhirat” |
وكان سيدى أبو الحسن الشاذلى رحمه الله تعالى يقول : "لا
يترقى مريد قط إلا أن صحت له محبة الحق تعالى، ولا يحبه الحق تعالى حتى يبغض
الدنيا وأهلها ويزهد فى نعيم الدارين". |
Beliau
(Abu Al Hasan As-Syadziliy Rahimahullahu Ta’ala) juga berkata;
“Setiap muriid yang mencintai dunia akan dibenci oleh Allah Al-Haqq
Ta’ala sesuai dengan besar dan kecilnya kecintaanya terhadap dunia.
Oleh karena itu, seorang muriid harus membuang jauh-jauh harta dunia
dari tangan dan hatinya pada saat pertama Ia memasuki laku thariqah.
Ketika Ia memohon bimbingan kepada seorang guru atau melakukan bai’at
kepadanya, sementara itu Ia masih memiliki kecenderungan terhadap dunia, maka
Ia harus kembali menuju ke saat dari mana Ia datang, dan thariqah
menolaknya (karena masih ada kecenderungan pada dunia- pnj). Karena
minimal pondasi yang harus dibuat oleh seorang murid dalam menempuh jalan
menuju Allah adalah berlaku zuhud terhadap dunia. Oleh karena itu,
barangsiapa yang tidak berlaku zuhud terhadap dunia, maka Ia tidak sah
memiliki bangunan apapun di akhirat”. |
وقال أيضا : كل مريد أحب الدنيا
فالحق تعالى يكرهه على حسب محبتها له كثرة وقلة، فيجب على المريد أن يرمى الدنيا
من يده ومن قلبه أول دخوله فى الطريق، ومتى تلقن على شيخ أو أخذ عليه العهد وهو
يميل إلى الدنيا فلا بد أن يرجع من حيث جآء، وترفضه الطريق، فإن أقل أساس يضعه
المريد فى الطريق الزهد فى الدنيا، فمن لم يزهد فى الدنيا لا يصح له بناء شيء فى
الآخرة. |
Tuanku
Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jili Rahimahullahu Ta’ala berkata:
”Barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka wajib baginya berlaku zuhud
di dunia, dan barangsiapa yang menghendaki Allah Ta’ala (sebagai
tujuannya), maka Ia harus berlaku zuhud terhadap akhirat”. |
وكان سيدى عبد القادر الجيلى رحمه
الله تعالى يقول : "من أراد الآخرة فعليه بالزهد فى الدنيا، ومن أراد الله
تعالى فعليه بالزهد فى الآخرة". |
Selama
dalam hati seorang hamba masih terdapat salah satu kesenangan terhadap dunia,
atau satu kenikmatan dunia berupa makanan, pakaian, perempuan, kekuasaan,
jabatan atau memperdalam salah satu bidang ilmu yang melebihi batas kewajiban
seperti: merawikan hadits pada zaman sekarang, membaca Al-Qur’an dengan tujuh
macam bacaan, ilmu nahwu, ilmu fiqih dan ilmu balaghah, maka semua itu
bukanlah termasuk orang yang cinta akhirat, melainkan Ia hanyalah orang yang
cinta dunia dan menuruti hawa nafsunya. |
وما دام فى قلب العبد شهوة من شهوات
الدنيا او لذة من لذاتها من مأكول أو ملبوس أو منكوح أو ولاية أو رياسة أو تدقيق
فى فن من فنون العلم الزائد عن الفرض كروا ية الحديث الآن وقرآءة القرآن
بالقرءآت السبع وكالنحو والفقه والفصاحة، فليس هذا محبا فى الآخرة، إنما هو راغب
فى الدنيا تابع لهواه. |
Abu
‘Abdillah Al-Maghribiy Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Orang
fakir yang tidak mempunyai harta dunia walaupun Ia tidak melakukan amal-amal
yang utama sedikitpun, itu Ia lebih utama daripada orang-orang yang ahli
ibadah sementara di sisi mereka terdapat harta dunia, bahkan seberat biji
sawi dari amal orang fakir, lebih utama daripada beberapa gunung amal ahli
dunia”. |
وكان أبو عبد الله المغربى رحمه
الله تعالى يقول : الفقير المجرد عن الدنيا وإن لم يعمل شيأ من أعمال الفضائل
أفضل من هؤلاء المتعبدين ومعهم الدنيا، بل ذرة من عمل الفقيء المجرد أفضل من
الجبال من أعمال أهل الدنيا. |
Tuanku
Abu Al-Mawahib As-Syadzily Rahimahullahu Ta’ala berkata;
“’Ibadah yang disertai cinta dunia itu menyibukkan hati dan melelahkan raga,
ibadah seperti itu walaupun banyak (sebenarnya) sedikit. Ibadah tersebut
(bernilai) banyak hanya menurut dugaan pelakunya saja. Ibadah yang seperti
itu ibarat sebuah bentuk yang tidak memiliki nyawa dan bagaikan raga yang
kosong tiada bernilai”. |
وكان سيدى أبو المواهب الشاذلى رحمه
الله تعالى يقول : "العبادة مع محبة الدنيا شغل قلب وتعب جوارح، فهى وإن
كثرت قليلة، وإنما هى كثيرة فى وهم صاحبها، وهى صورة بلا روح واشاح خالية غير
حالية |
Oleh
karena itu, engkau melihat banyak sekali orang-orang berharta yang sering
berpuasa, shalat dan haji, namun mereka sama sekali tidak memiliki cahaya zuhud
dan tidak pernah merasakan manisnya ibadah. |
ولهذا ترى كثيرا من أرباب الدنيا
يصومون كثيرا، ويصلون كثيرا، ويحجون كثيرا، وليس لهم نور الزهاد، ولا حلاوة
العبادة، |
Hakikat
zuhud yaitu; meninggalkan kecenderungan mencintai harta dunia,(hal
ini) bukan berarti benar-benar mengosongkan tangan dari harta dunia, karena
tidak adanya larangan dari pembawa syari’at untuk berniaga dan
berprofesi, dan tidak ada satu orang pun yang menyatakan demikian itu. Hanya
saja pada kalangan mayoritas sahabat dan tabiin telah berlaku
mengosongkan tangan dari dunia dengan tujuan supaya orang-orang yang
terhalang dari persaksian hal-hal yang agung mengikuti jejak mereka. Karena
itulah, para shahabat dan tabiin menampakkan kepada mereka sikap zuhud
terhadap dunia dengan mengosongkan tangan dan melarang mereka hidup
bergelimang harta dunia karena khawatir akan masuk terjebak cinta dunia hingga
mereka tidak mendapatkan petunjuk untuk lepas dari rasa cintanya dan
berlomba-lomba mendapatkan harta dunia. Sesungguhnya orang-orang yang
sempurna itu tidak akan tersibukkan dari Allah Ta’ala oleh sesuatu pun
yang ada di dunia maupun di akhirat, berbeda dengan orang awam. |
وحقيقة الزهد هو ترك الميل إليها
بالمحبة، لا بخلو اليد من الدنيا لعدم نهى الشارع عن التجارة وعن عمل الحرف، ولا
قائل بذلك، وإنما درج جمهور الصحابة والتابعين عن حلو اليد من الدنيا ليقتدى بهم
المحجوبون عن مشاهدة الأكابر، فلذلك أظهروا لهم الزهد فى الدنيا بخلو اليد
ونهوهم عن التبسط فى الدنيا خوفا عليهم أن يدخلوا فى محبتها فلا يهتدون بعد ذلك
للخروج عن حبها والمزاحمة عليها، فإن الكاملين لا يشغلهم عن الله تعالى شيء فى
الكونين بخلاف القاصرين، |
Wahai
saudaraku, oleh karena itu, hormatilah setiap orang yang engkau lihat berhias
mewah dengan pakainnya, kecuali apabila engkau menghawatirkan
pengikut-pengikutnya akan menirunya tanpa mengetahui maksudnya. maka engkau
berhakk melarangnya dari yang Ia lakukan karena khawatir pada murid-muridnya.
Atau engkau berhak menyuruhnya untuk berkata pada murid-muridnya; “Kalian
janganlah mengikutiku dalam masalah berpakaian bagus, banyak istri dan bayak
kendaraan, karena hal-hal ini bukanlah untukmu saat ini”. Demikian itu
apabila hal tersebut diperoleh dari harta halal, jika dari harta haram, maka
inkar terhadap guru tersebut adalah wajib. Untuk itu, pahamilah!. |
فسلم يا أخى لكل من تراه متجملا
بالثياب من القوم إلا إن خفت على أتباعه أن يتبعوه مع الجهل بمقصده، فلك أن
تنهاه عن ذلك خوفا عن تلامذه، أو تأمره بأن يقول لهم لا تقتدوا بى فى حسن
الملابس والمناكح والمراكب فإن هذا ليس لكم الآن، هذا إن وجد ذلك من مال حلال
وإلا فالإنكار على ذلك الشيخ واجب فافهم، |
Kemudian,
sudah jelas bahwa orang-orang yang zuhud itu tidak melakukan praktik zuhud
secara hakiki kecuali pada perkara yang belum dibagikannya, Adapun perkara
apa saja yang diberikan kepada mereka itu tidak lantas membuat zuhudnya
menjadi sah hanya dengan menolak pemberian. Karena dalam hal tadi (bisa
disebut) zuhud hanyalah kebiasaan saat tidak ada kecondongan pada
pemberian tersebut , dimana ia tidak kikir kepada orang yang berhak untuk
mendapatkannya dan tidak tersibukkan olehnya dari beribadah kepada Tuhannya.
Ketahuilah hal itu wahai saudaraku! |
ثم لا يخفى ان الزاهدين ما زهدوا
حقيقة إلا فى ما لم يقسم، وأما ما قسم لهم فلا يصح لأحد الزهد فيه بأن يتركه،
وإنما الزهد فيه يكون بترك الميل إليه عادة بحيث لا يبخل به عن مستحقه ولا يشتغل
به عن ربه فاعلم ذلك يا أخى. |
Wallahu
‘alam bisshawab.
Bersambung.
Edited by: Kitabterjemahan.my.id
[1] Secara
bahasa adalah orang yang tidak ada keinginan apapun yakni hanya karena Allah
semata. Menurut Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi Murid adalah orang memutus -untuk
menuju Allah- dari pandangan apapun dan ingin dilihat serta membersihkan dari
kehendak diri. Lihat kitab at-Ta’rifaat, hlm. 206
Post a Comment for "Meninggalkan Dunia Menurut Tasawuf dan Hakikat Zuhud: Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 02-"