Ngaji Kitab Terjemah Minahussaniyyah
Meninggalkan Perbuatan Mubah untuk Naik Peringkat dan Menjadikan Perkara Mubah bernilai Pahala
بسم
الله الرحمن الرحيم
“Tinggalkanlah
perkara-perkara mubah untuk mencapai maqaam yang luhur” |
(وَاتْرُكِ
الْمُبَاحَاتِ طَلَبًا لَتَرَقِّى الْمَقَامَاتِ الْعَلِيَّةِ) |
Tuanku
‘Aliy Al-Murshifiy Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Maqaam
iradah (derajat di sisi Allah dengan ibadah yang hanya untuk tujuan
akhirat) tidak lah sah bagi Si Muriid sampai Ia meninggalkan perbuatan-perbuatan
mubah dan mengganti kedudukan setiap perkara mubah yang Ia tinggalkan dengan
perkara yang diperintah syariat berupa kesunnahan atau amal yang lebih utama,
dan Si Muriid (dalam) menjauhi perkara mubah seperti halnya (menjauhi)
perkara yang dilarang secara makruh tanzih”. |
قال سيدى على المرصفى رحمه الله
تعالى : "لايصح لمريد قدم فى الإرادة حتى يترك فعل المباحات ويجعل مكان كل
مباح تركه مأمورا شرعيا من مندوب أو أولى ويجتنب المباح كأنه منهي عنه كراهة
تنزيه" |
Para
Ulama sepakat bahwa setiap orang yang memanjakan dirinya untuk melakukan rukhshah
(ibadah yang ringan-ringan) bukan azimah (ibadah yang sesuai dengan
hukum asal yang kokoh), Ia tidak akan memperoleh sesuatu apapun pada thariqah-nya
(perjalanan menuju Allah). |
وقد أجمعوا على أن كل من مهد لنفسه
ارتكاب الرخص دون العزائم لا يجيء منه شيء فى الطريق. |
Tuanku
‘Aliy Al-Khowwash Rahimahullahu Ta’ala berkata; “Allah Ta’ala
tidak menjadikan perkara mubah kecuali untuk memberi kelonggaran bagi anak
Adam -‘alaihi ashholatu wassalam- dari beratnya tugas beribadah saat
Allah Ta’ala meletakkan kebosanan melakukan tugas-tugas wajib pada
diri mereka. Seandainya Allah Ta’ala tidak memberikan rasa bosan dalam
diri mereka, tentu Dia tidak akan memberlakukan hukum mubah kepada
mereka, sebagaimana yang Allah perbuat pada para malaikat, karena para
malaikat tidak pernah mengenal rasa bosan.
Oleh sebab itu, mereka selalu bertasbih di waktu malam dan siang tanpa
pernah berhenti karena bosan”. |
وقال سيدى على الخواص رحمه الله
تعالى : ما جعل الله تعالى المباح إلا تنفيسا لبنى آدم عليه الصلاة والسلام من
مشقة التكليف حين ركب الله تعالى فى ذواتهم الملل من التكاليف، ولو أن الله
تعالى لم يركب فى ذواتهم الملل لم يشرع لهم المباح كما فعل بالملائكة لأنهم لايعرفون
الملل طعما، فلذلك كانوا يسبحون الليل والنهار (لَا يَفْتُرُوْنَ)، |
Syaikh
‘Aliy Al-Khowwash Rahimahullahu Ta’ala berkata; Ketika
orang-orang tasawuf memilih menempuh jalan yang berat untuk diri mereka,
bukan yang ringan dengan tujuan mencapai derajat tinggi di sisi Allah,
sebagaimana hal itu dapat diketahui dari perilaku mereka, maka mereka pun
menuntut murid-muridnya untuk berperilaku mengurangi perbuatan mubah
semampunya dan menggantinya dengan ketaatan yang jelas mendapatkan pahala
atasnya. |
قال ولما كان القوم من شأنهم الأخذ بالعزائم دون الرخص
طلبا للترقى كما هو معلوم من أحوالهم طلبوا من المريدين العمل على تقليل
المباحات جهدهم ويجعلون مكان ذلك طاعة يثابون عليها، |
Lalu,
apabila mereka tidak menemukan ketaatan (sebagai ganti perkara mubah), maka
mereka meniatkan satu kebaikan dalam mengerjakan pekerjaan mubah seperti
makan dan berbicara, (contoh meniatkan satu kebaikan) seperti memperoleh
kekuatan untuk beribadah dengan makan makanan yang disenangi, atau
menghilangkan sikap cemberut dengan membahagiakan saudara-saudara mereka
dengan beberapa obrolan dan lain sebagainya. |
فإن لم يجدوا طاعة نووا بالمباح من
أكل وكلام خيرا كالتقوى على العبادات بأكل تلك الشهوة وزوال العبوسة بمباسطة
اخوانهم ببعض كلامهم ونحو ذلك، |
Dan
mereka akan menghukum murid-muridnya karena tidur tanpa dalam kondisi
darurat, karena makan sebelum lapar, sebab berbicara tanpa ada suatu
keperluan dan karena bergaul dengan orang-orang tanpa adanya keadaan yang
memaksanya untuk bergaul. Mereka (melakukan penekanan seperti itu) berharap
agar murid-muridnya mendapatkan pahala seperti pahala mengerjakan kewajiban di
dalam setiap perilakunya. Karena, Si Muriid boleh makan saat makan
menjadi benar-benar wajib baginya, Ia boleh berbicara saat berbicara
benar-benar wajib baginya. |
وأخذوا المريد بالنوم من غير ضرورة،
وبالأكل من غير جوع، وبالكلام من غير حاجة، وبمخالطة الناس الا لضرورة، فأرادوا
أن يثاب مريدهم ثواب الواجبات فى سائر أحواله، فيأكل حين يجب عليه الأكل، ويتكلم
حين يجب عليه الكلام مثلا |
Selanjutnya,
apabila Si Muriid mengalami penurunan perilaku dari yang Ia selalu
biasakan, maka penurunannya tidak akan menjauhi dari nilai sunnah.
Sehingga, Si Muriid akan makan saat benar-benar disunnahkan makan dan
Ia akan berbicara saat memang Ia disunnahkan berbicara. |
، فإن نزل على
ذلك فلا ينزل عن الإستحباب، فيأكل حين يستحب الأكل، ويتكلم حين يستحب الكلام، |
Demikian
pula, mereka menghukum kepada muriid-nya sebab lupa, mimpi basah dan
menjulurkan kakinya (santai-santai) di waktu siang ataupun malam hari kecuali
karena ada keperluan. Mereka juga menghukum muriid-nya sebab
bisikan-bisikan hati walaupun bisikan hati tersebut tidak sampai menetap di
dalam hatinya, dan sebab memakan makanan yang ia senangi (walaupun secara
syariat itu) yang mubah, karena hal itu dapat menghentikannya untuk naik peringkat
ke derajat yang luhur. |
وكذلك آخذوا المريد بالنسيان
وبالاحتلام ويمد الرجل فى ليل او نهار إلا لحاجة، وآخذوه بالخواطر ولو لم تستقر،
وآخذوه بأكل الشهوات المباحات لكونها توقف على الترقى. |
Di
dalam kitab Zaburnya Nabi Dawud ‘alaihissalam (disebutkan); “Wahai
Dawud! Waspadalah dan peringatkanlah kaummu dari makan makanan yang
disenangi, karena hati dari orang-orang yang selalu menuruti kesenangannya
itu terutup dari-Ku”. |
وفى زبور السيد داود عليه السلام :
"يا داود حذر وأنذر قومك عن أكل الشهوات، فإن قلوب أهل الشهوات محجوبة
عنى" |
Sebagaimana
makan makanan yang disenangi itu bisa menjauhkan seorang hamba dari hadirat
Allah Ta’ala, demikian pula menjulurkan kedua kaki tanpa adanya alasan
syar’i merupakan perbuatan yang tidak beretika kepada Allah. |
وكما أن أكل الشهوات يطرد العبد عن
حضرة الله تعالى فكذلك مد الرجل من غير حاجة بجامع سوء الأدب. |
Tuanku
‘Aliy Al-Khowwash juga berkata; Seorang muriid tidak akan sampai pada maqaam
sidiq hingga Ia menambah pengagungannya pada perintah Allah Ta’ala dan
larangan-Nya, lalu melaksanakan kesunahan seolah-olah itu adalah kewajiban,
meninggalkan kemakruhan seolah-olah itu adalah keharaman dan menjauhi
keharaman seolah-olah itu adalah kekufuran. Dan berniat dalam seluruh
perbuatan mubah dengan niat yang baik agar mendapatkan pahala atas hal
tersebut. |
وقال أيضا : لايبلغ المريد
مقام الصدق حتى يزيد فى تعظيم أمر الله تعالى ونهيه فيفعل المندوب كأنه
واجب، ويجتنب المكروه كأنه حرام، ويجتنب الحرام كأنه كفر وينوى بجميع المباحات
خيرا ليثاب على ذلك. |
Oleh
karena itu, Si Muriid berniat dengan tidur di waktu qailulah (tidur
tengah hari) untuk memperoleh kekuatan melakkukan ibadah di malam hari dan
memenuhi sebagian keinginan karena untuk mengobati nafsunya ketika enggan
beribadah secara keseluruhan, karena mulut nafsu berkata kepada tuannya;
“Penuhilah beberapa keinginanku bersamaku, apabila tidak kau penuhi aku akan
membantingmu”. |
، فينوى بالنوم
فى القيلولة التقوى على قيام الليل، ويتناول بعض الشهوات لمداواة نفسه إذا نفرت
من العبادات بالكلية، فإن لسان حال النفس يقول لصاحبها : كن معى فى بعض اغراضى
وإلا صرعتك، |
Begitu
pula, Si Muriid dengan mengenakan pakaiannya yang indah, hendaknya
berniat karena menampakkan nikmat Allah Ta’ala, bukan karena bagian
dari hawa nafsu, dan juga dengan makan makanan enak, minum minuman manis dan
segar hendaknya diniati karena untuk memenuhi kebutuhan raganya agar dapat
bersyukur kepada Allah Ta’ala secara nyata. |
وكذلك ينوى بلباس الثياب الفاخرة
إظهار نعمة الله تعالى دون الحظوظ النفسانية، وكذلك يأكل الزائد من الطعام
البارد الحلو من الشراب لأجل استجابة أعضائه ليشكر الله تعالى بعزم، |
Dulu
Abu Al-Hasan As-Syadzili Rahimahullahu Ta’ala pernah berkata
kepada sahabat-sahabatnya; “Makanlah makanan yang paling enak, minumlah
minuman yang paling nikmat, tidurlah di atas alas tidur yang paling halus dan
pakailah pakaian yang paling lembut. Karena, apabila salah satu dari kalian
melakukan hal tersebut dan mengucapkan “Alhamdulillah”, maka seluruh
tubuh akan turut merespon untuk bersyukur. |
وقد كان أبو الحسن الشاذلى رحمه
الله تعالى يقول لأصحابه :"كلوا من أطيب الطعام واشربوا من ألذ الشراب
وناموا على أوطاء الفراش والبسوا ألين الثياب فإن أحدكم إذا فعل ذلك وقال الحمد
لله يستجيب كل عضو فيه للشكر، |
Berbeda
ketika seseorang makan roti gandum dicampur garam, memakai pakaian kasar,
tidur beralaskan tanah, dan minum air asin yang kental dan mengucapkan “Alhamdulillah”,
maka Ia memang mengucapkan Alhamdulillah, namun di hatinya merasa
mengeluh tidak puas dan marah atas takdir Allah Ta’ala. |
بخلاف ما إذا أكل خبز الشعير بالملح
ولبس العباءة ونام على الأرض وشرب الماء المالح السخن وقال الحمد لله فإنه يقول
ذلك وعنده اشمئزاز وبعض سخط على مقدور الله تعالى، |
Seandainya
Ia melihat dengan mata batinnya, tentu Ia akan menemukan keluhan ketidak
puasan dan marah yang mana hal tersebut dosanya melebihi dari dosa orang
bersenang-senang dengan kenikmatan dunia secara yakin. Karena, orang yang
bersenang-senang dengan kenikmatan dunia itu dia melakukan sesuatu yang
diperbolehkan Allah Al Haqq Ta’ala. Sementara, orang yang di
dalam hatinya terdapat keluhan dan ketidak puasan serta marah, sebenarnya Ia
telah melakukan perkara yang diharamkan oleh Allah Al-Haqq ‘Azza wa
Jalla”. |
ولو أنه نظر بعين البصيرة
لوجد الاشمئزاز والسخط الذى عنده يرحج فى الإثم على من تمتع بالدنيا بيقين، فإن
المتمتع بالدنيا فعل ما أباحه الحق تعالى، ومن كان عنده اشمئزاز وسخط فقد
فعل ما حرمه الحق عز وجل" |
Kerjakannlah nasihat tersebut,
wahai saudaraku!. |
وافعل ذلك يا أخى. |
Wallahu
‘alam bisshawab.
Bersambung.
Edited by: Kitabterjemahan.my.id
Post a Comment for "Meninggalkan Perbuatan Mubah untuk Naik Peringkat: Terjemah Minahus saniyyah –Ngaji 03-"