Ngaji Kitab Risalah Adab Sulukil Murid:
Cara Memperoleh Dorongan Beribadah Menuju Allah Ta’ala dan Menjaganya
Ibadah adalah alasan keberadaan kita, tapi motif ibadah adalah hak istimewa-Nya Sumber Gambar: http://www.nabulsi.com/blue/ar/artp.php?art=1389 |
Pasal |
فصلٌ |
Ketahuilah
bahwa permulaan menempuh jalan menuju Allah (thariqah) adalah sebuah
dorongan kuat yang diletakkan di dalam hati seorang hamba yang membuatnya
gelisah, khawatir dan mendorongnya untuk
mendatangi Allah dan (menuju) Akhirat, serta berpaling dari (kehidupan) dunia
dan menjauhi perkara yang semua manusia sibuk dengannya seperti ikut andil
dalam meramaikan dunia (bermegahan), menumpuk-numpuknya, menikmati kesenangan
di dunia (sehingga lalai) dan tertipu dengan hiasan luarnya. |
اِعلم
أنّ أوّل الطريق باعثٌ قويّ يُقذف في قلب العبد يُزعجه ويُقْلقه ويَحثُّه على
الإقبال على الله والدّارِ الآخرة، وعلى الإعراض عن الدُّنيا وعمّا الخَلْقُ
مشغولون به مِن عَمارَتِها وجَمعِها والتَّمَتُّع بشهواتِها والاغتِرارِ
بِزخَارِفها. |
Dorongan
ini adalah sebagian dari tentara Allah yang bersifat batin. Ia termasuk
pemberian atau hadiah yakni berupa
pertolongan dan tanda-tanda hidayah (memperoleh petunjuk). Sering kali
dorongan seperti ini dibukakan pada hamba saat dalam kondisi takut, susah,
suka ataupun rindu dan (juga) saat memandang Ahlullah[1]
ta’ala atau dilihat oleh mereka. Dan kadang-kadang dorongan tersebut
diperoleh tanpa sebab. |
وهذا
الباعِثُ مِن جنود الله الباطِنة، وهو مِن نَفحاتِ العِناية وأعلامِ الهِدايَة،
وكثيراً ما يُفتَح بهِ على العبْدِ عِند التَخْويف والتّرغيب والتّشويق، وعِند
النّظَرِ إلى أهل الله تعالى والنّظَرِ منهم، وقد يقعُ بِدون سببٍ. |
Menyingkap
dan berupaya memperoleh pemberian-pemberian-Nya itu merupakan perbuatan yang
diperintahkan dan disukai. Sedangkan menunggu dan meneliti saja tanpa ada
upaya menyingkap dan tanpa membuka pintunya adalah sebuah kebodohan dan
kedunguan. Bagaimana tidak seperti itu? Sementara Rasulullah –‘alaihi
assholatu wassalam- telah bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki
banyak pemberian di hari-hari dalam tahun kalian. Ingatlah, cari dan
temukanlah pemberian itu!”
|
والتّعرُّضُ
للنَّفحات مأمورٌ به ومُرغَّبٌ فيه والانتِظار والاِرتِقاب بدون التَّعرُّض
ولزوم الباب حُمقٌ وغَباوةٌ. كيف و قد قالَ عليه الصّلاةُ والسّلام: " إنَّ
لِرَبّكم في أيّام دهركُم نفحاتٍ ألاَ فتَعرّضوا لها." |
Dan
siapapun yang diistimewakan oleh Allah dengan dorongan yang mulia ini maka
ketahuilah kadar dan ukurannya yang luhur. Yakinlah bahwa hal tersebut
merupakan sebagian nikmat paling besar dari Allah yang tidak ternilai dan
tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Oleh karena itu, (orang yang memperoleh
dorongan tadi) hendaknya memperbanyak bersyukur kepada Allah ta’ala
atas apapun yang Ia berikan dan prioritaskan kepada orang tersebut serta
beryukur karena Allah telah mengistimewakannya daripada teman dan rekan-rekannya. Padahal berapa banyak orang islam
yang telah mencapai umur 80 tahun bahkan lebih sementara itu ia belum
menemukan dorongan ini dan (juga) tidak
menempuh –mencarinya- satu haripun dari waktunya. |
ومَن
أكرَمه الله بهذا الباعِث الشَّريف فَليَعرِف قَدرَهُ المُنيف، وَلْيَعلَم أنّهُ
مِن أعظَم نِعَم الله تعَالى عليه التي لا يُقدّرُ قَدرُها ولا يُبْلَغُ شُكرُها
فَلْيُبالِغ في شُكر الله تعالى على ما منَحه وأوْلاهُ، وخصّه به مِن بين
أشكالِه وأقرانِه فَكم مِن مُسلمٍ بلَغَ عُمرُه ثمانين سنَةً وأكثر لم يجد هذا
الباعِث ولم يطْرُقْهُ يوماً مِن الدّهر. |
Keharusan
bagi muriid[2] berusaha dengan tekun
dalam menguatkan, menjaga dan menurutinya -yakni dorongan ini-. (Cara)
menguatkannya adalah dengan dzikrullah (berdzikir dan ingat kepada
Allah, memikirkan/merenungkan apa-apa yang ada di sisi Allah dan bergaul
serta dekat pada Ahlullah. (Cara)
menjaga dan memeliharanya adalah dengan menjauhi duduk-duduk, berkumpul
dengan orang yang terhalangi dari Allah dan melawan godaan-godaan syetan. Dan
(cara) menurutinya (yakni menuruti dan meng-iyakan dorongan yang sudah
dijelaskan) yaitu dengan bergegas kembali menuju kepada Allah ta’ala,
bersungguh-sungguh dalam mendatangi dan menuju Allah, tidak bermalas-malasan,
menunda-nunda, mengkendurkan dan mengakhirkannya karena kesempatan telah datang kepadanya untuk itu bergegaslah menggunakannya.
Dan (juga) pintu (menuju Allah melalui dorongan yang telah telah diberikan)
telah dibukakan untuknya, untuk itu masuklah. Serta ia sudah diajak (oleh
dorongan tadi) maka bergegaslah. Dan waspadalah dari “besok-besok” (menunda
dengan alasan masih ada waktu) karena hal tersebut termasuk dari perbuatan
syetan. Kerjakanlah, jangan menjadi kendur (lengah) dan jangan beralasan
tidak sempat dan tidak pantas (belum layak). |
وعلى
المُريد أن يجتهد في تَقْويَته وحِفظِه وإجابَته -أعني هذا الباعِث- فَتقوِيَته
بالذّكر لله، والفِكر فيما عِند الله، والمُجالسة لأهل الله، وحِفظِه
بالبُعد عَن مُجالسة المحجوبين والإعراضِ عَن وَسوَسة الشياطين، وإجابَتهِ
بأن يُبادر بالإنابة إلى الله تعالى، ويَصْدُقَ في الإقبالِ على الله، ولا يَتَوَانى
ولا يُسوِّف ولا يَتَباطَأ ولا يُؤَخِّر وقد أمكنَتْه الفُرصةُ فلْيَنتهِزها،
وفُتِح له الباب فلْيَدخُل، ودَعاه الدّاعي فليُسرع، وَلْيحذَر مِن غدٍ بعد غدٍ
فإنّ ذلك مِن عمَل الشّيطان، ولْيُقبل ولا يَتَثبّط ولا يتَعلَّل بِعَدم الفَراغ
وعدم الصّلاحِيّة. |
Syaikh
Abu Rabi’ rahimahullah telah berkata: “Berjalanlah menuju Allah dengan
keadaan pincang dan lemah. Janganlah kalian menunggu sehat, karena menunggu
sehat adalah wujud tunakarya (pengangguran yang tidak akan memperoleh
apa-apa)”. |
قال
أبو الرّبيع رحِمه الله: سِيروا إلى الله عُرْجاً وَمَكَاسِير ولا تَنتَظروا
الصِّحة فإنّ انتظار الصِّحة بَطالَةٌ. |
Dan
Syaikh Ibnu ‘Athaillah telah berkata di kitab al Hikam: “menunda beramal
(bekerja ataupun berkegiatan) sampai (menunggu) adanya kesempatan merupakan kebodohan
jiwa”. |
وقال
ابنُ عطاءِ الله في الحِكم: إحالَتُك العَمَل على وُجود الفراغِ مِن رُعوناتِ
النّفوس. |
Wallahu a’lam bishhawaab…
Bersambung.
Oleh: Santrisopus
[1] Kata “ahlu” tidak
diterjemahkan karena malahan akan menyempitkan makna, ahlu secara bahasa bisa
berarti keluarga, pakar dan kelompok. Sehingga Ahlullah secara bahasa
bermakna keluarga Allah, orang atau kelompok yang concern pada Allah.
Jadi Ahlullah bisa jadi wali, orang-orang sholih, ulama ataupun kiyai.
[2]
Istilah ini sudah
dijelaskan pada ngaji yang pertama silahkan yang merujuk di sini.
Post a Comment for "Cara Memperoleh Dorongan Beribadah Menuju Allah dan Menjaganya: Terjemah Kitab Risalah Adab Sulukil Murid -Ngaji ke 02-"