Artikel Santri:
بسم الله الرحمن الرحيم
Walaupun
sudah agak basi tapi masih ingin menghangatkannya. Ini bukan masalah cinta,
milenial jaman now, galau-menggalau atau apapun itu. Namun ini mengenai
pengusiran salah satu ustadz jaman now. Yak betul sekali dia adalah Ustadz
Felix siauw. Beberapa kali Mas Felix ini ditolak ngisi kajian dan ceramah. Yang
paling rame ya kemarin itu saat di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Mas
Felix ini merupakan pentolan organisasi yang telah terkubur yakni HTI. Se Indonesia
raya sudah tau itu dan afiliasi dia. Tapi bukan masalah itu yang menggelitik
saya. Begini lho yang membuat saya terherman-herman, ternyata masih ada
para Felix lover di beberapa pojok Indonesia. Nyatanya dia di undang terlebih dahulu kan, mosok mau ujug-ujug
datang
langsung buat panggung sendiri dan ceramah di situ. Kan kaga mungkin. Xixi...
apa sih rahasianya dia masih suka diundangin kaya gitu? Biarlah itu menjadi
kajian sendiri, karena saya belum tertarik untuk memecahkan fenomena itu.
Hahaa...
Yang ingin saya rembug di sini adalah sisi pembubaran dan
penolakan ceramah yang beberapa waktu ini terjadi, bukan hanya si Mas Felix,
Ustadz Bachtiar Nasir pun pernah ditampol penolakan dakwah di Cirebon dan
Garut.
Tentu ini dari sudut pandang santri dalam perembugannya,
karena memang yang sedang digalakkan oleh saya sendiri untuk latihan saya
sendiri,. Xixi..
Langsung masuk ke pembahasan, cap..cuss... cekidot!
Kata ceramah, khutbah, dakwah dan seminar
merupakan taraduf (bersinonim). Pelakunya adalah penceramah (muballigh)
, khatib, da’i dan pemateri atau narasumber. Kalau ditarik konsep
mudahnya yaitu seseorang yang berbicara kepada orang lain dan tempatnya berada
lebih tinggi sedikit dari audience-nya. Yang berbeda hanya isi materinya saja. Hahaa....
sangat sederhana sekali kan? Ya iyalah ini versi saya je.
Dalam hal ini yang akan disinggung adalah penceramah (muballigh),
khatib ataupun da’i. Karena mereka merupakan bagian krusial dalam dunia
perdakwahan di kancah Bangsa ini.
Rumusan masalahnya kira-kira seperti ini, bagaimana
menjadi pendakwah yang baik menurut Imam al Ghazali? Bagaimana kasus penolakan
dakwah para mereka yang di sebut pada paragraf di atas?
Dalam kitab Ayyuhal walad, imam al Ghazali
menyampaikan delapan nasehat yang salah satunya mengenai menjadi pendakwah
sekaligus menjadi kritik juga sih. Bahkan imam al Ghazali memberi warning
ketika memiliki keinginan menjadi pendakwah. Karena menjadi pendakwah memiliki
resiko dan konsekwensi yang sangat besar. Kecuali ia telah mengamalkan apa yang
ia sampaikan. Begitulah yang beliau sampaikan.
Pernah disampaikan kepada nabi Isa as: “wahai putera
Maryam, nasehatilah dirimu sendiri dahulu, apabila kau sudah mampu menerima
barulah memberi nasehat kaummu, apabila belum bisa menerima malulah kau dengan Tuhanmu”Nasehat
ini merupakan salah satu wujud warning untuk menjadi pendakwah ataupun
penceramah.
Namun, apabila kok ndilalah sudah terlanjur
seperti anak kiyai atau sudah ditokohkan oleh masyrakat itu bagaimana? Dalam
kitab tersebut sudah dijelaskan tips-tips bagi orang-orang sudah kadung
ini. Secara ringkas seperti ini;
- Bedakan antara tadzkir
(mengingatkan) dan wa’dz (memberi nasehat). Tidak menggunakan
bahasa yang berbelit-belit dan banyak gaya sehingga para pendengar menjadi
bingung, sesuaikan dengan lawan dakwahnya.
- Dalam berdakwah atau
ceramah jangan bertujuan untuk membuat para pengunjung menangis,
berekspresi marah atapun sampai merobek pakainnya. Sehingga akan merasa
puas dengan pujian, “majlis ilmu ini yang paling juosshh pokoknya”.
- Materi dari ceramah
hendaknya berisi ajakan untuk menuju kebaikan dan akhirat.
- Sesuaikan dengan obyek
dakwah. Jangan kok berdakwah dengan sifat-sifat baik Allah saat berhadapan
dengan pelaku-pelaku keburukan. Malah jadi adem ayem mereka tho?
Nah, bagi para pendakwah hendaknya mengikuti anjuran dari
imam al Ghazali ini. Karena nasehat yang keluar dari pendakwah yang tidak
menggunakan metode yang baik dan benar. merupakan cobaan bagi Si Pendakwah
sendiri dan para pendengarnya. Bahkan dikatakan:
Penceramah yang tidak menggunakan metode yang baik adalah ghoul yakni setan yang menyesatkan manusia dari Agama dan kemudian menghancurkannya.
Tapi bukan Ghoul yang ini Lho, ini mah keren, :D |
Dari kesemuannya itu yang paling membuat saya kesengsem adalah bagian ini:
فيجب عليهم ان يفروا منه لان ما
يفسد هذا القائل من دينهم لا يستطيع بمثله الشيطان. ومن كانت له يد وقدرة يجب عليه ان ينزله عن منابر
المواعظ ويمنعه عما باشر فانه من جملة الامر بالمعروف والنهي عن المنكر.
Terjemah bebasnya kira-kira begini:
“Wajib bagi masyarakat menjauhi pendakwah -yang tidak
sesuai dengan standar yang telah dijelaskan- . Karena setan saja tidak
mampu menyamai dengan pendakwah model kaya gini dalam hal daya rusaknya
terhadap agama. Barang siapa yang memiliki kemampuan dan kekuasaan WAJIB
menurunkannya dari mimbar dan menghalau tindakannya. Karena hal ini termasuk
dari amar ma’ruf nahi munkar.”
Nah loh, jadi sebenarnya bisa kita mengamati dari sisi
materi si Penceramah apakah provokatif-negatif sehingga tidak menambah keimanan
dan ketakwaan malah menyulut emosi. Atau
dilihat dari gaya-nya apakah dengan ujaran kebencian atau malah sleding sana
sleding sini, bukan ketentraman yang didapat justru kegaduhan yang muncul.
Sangat benar sekali pengamal “ lihatlah apa yang
diucapkan bukan kok siapa penuturnya”, tapi juga tidak ada salahnya untuk era
Hoax dan gaduh ini mengamalkan “lihatlah ucapannya sekaligus siapa yang
mengucapkan”.
#salam_ngopi
By: Kang Irham
Post a Comment for "Ternyata Penceramah dan Pendakwah ada yang disebut Ghoul lho, Mari Simak!"