22. 8 Nasehat Imam al Ghazali, yang 4 ditinggalkan (Bag. IV) - Terjemah Ayyuhal Walad

Ngaji Terjemah Kitab Ayyuhal Walad:

8 Nasehat Imam al Ghazali, yang 4 ditinggalkan

Tips dan Nasehat untuk Muballigh, Penceramah dan Da’i sekaligus sebagai Kritik, menurut Imam al Ghazali -Bagian Kedua-



بسم الله الرحمن الرحيم

Berikut ini adalah pesan imam al Ghazali untuk orang yang “terlanjur” menjadi seorang tokoh, muballigh, da’I ataupun penceramah. Pesan yang pertama kemarin secara singkat adalah:
“Jangan menggunakan bahasa sulit dan dibuat-dibuat. Tidak berniat dalam berceramah untuk membuat para hadirin menangis dan emosional sehingga memujinya dan bedakalah antara tadzkir (mengingatkan) dan wa’dz (menasehati), sehingga bisa menyesuiakan dengan pendengarnya.
Untuk tips dan pesan yang berikutnya ada di bawah ini, mari baca bersama:

Yang kedua, jangan sampai tujuanmu memberi nasehat adalah membuat orang-orang menangis dalam majlismu atau mereka memperlihatkan rasa suka ataupun marahnya dan mereka sampai merobek-robek pakaiannya. Supaya dikatakan: "Majlis yang paling baik ya majelis ini." Karena semua tujuan itu condong kepada dunia. Dan hal tersebut timbul karena kelalain.

والخصلة الثانية الا تكون همتك في وعظك ان ينعر الخلق في مجلسك او يظهروا الوجد ويشقوا الثياب ليقال: نعم المجلس هذا لان كله ميل الدنيا وهو يتولد من الغفلة.

 

Oleh sebab itu, sebaiknya maksud dan tujuanmu itu mengajak manusia dari (kecenderungan) dunia menuju akhirat, dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari senang kepada dunia menuju zuhud[1], dari pelit menjadi dermawan, dari keraguan menuju yakin, dari kelalaian menuju kesadaran dan dari kondisi terbujuk menuju ketaqwaan.

 

بل ينبغي ان يكون عزمك وهمتك ان تدعو الناس من الدنيا الى الآخرة، ومن المعصية الى الطاعة و من الحرص الى الزهد ومن البخل الى السخاء ومن الشك الى اليقين ومن الغفلة الى اليقظة ومن الغرور الى التقوى.

 

Buatlah mereka mencintai akhirat dan membenci dunia. Ajarilah mereka beribadah dan zuhud. Dan janganlah kau membujuk mereka dengan kedermawanan Allah ­–ta’ala ‘azza wa jalla-. Karena secara umum tabiat mereka itu:

  1. menyimpang dari jalan syari'at,
  2. Melakukan usaha pada perkara yang tidak diridhai oleh Allah ta’ala,
  3. Berperilaku dengan budi pekerti yang buruk.

وتحبب اليهم الآخرة وتبغض اليهم الدنيا. وتعلمهم على العبادة الزهد ولا تغرهم بكرم الله تعالى عز وجل ورحمته. لان الغلب في طباعم الزيغ عن منهج الشرع والسعي فيما لا يرضى الله تعالى به. والاستعثار بالاخلاق الردية.

 

Oleh karena itu tanamkanlah dalam hati mereka rasa takut. Takutilah mereka dan berilah peringatan hal-hal mengerikan yang akan mereka hadapi. Barangkali sifat-sifat batin mereka menjadi berubah, interaksi pergaulan sisi luarnya telah berganti menampakkan kepeduliannya dan rasa senangnya dalam ketaatan dan tidak melakukan maksiat lagi. Hal ini merupakan cara memberi wejangan dan menasehati.

فالق في قلوبهم الرعب وروعهم وحذرهم عما يستقبلون من المخاوف ولعل صفات باطنهم تتغير ومعاملة ظاهرهم تتبدل ويتظهروا الحرص والرغبة في الطاعة والرجوع عن المعصية. وهذا طريق الوعظ والنصيحة.

 

Dan semua bentuk nasehat yang tidak seperti cara yang telah disebutkan adalah bencana bagi orang yang berbicara dan orang yang mendengarkan. Bahkan dikatakan: "Bahwa muballigh atau penceramah -yang tidak menggunakan cara yang telah disebutkan di atas, penerj.- adalah goul yakni setan yang membawa orang-orang menjauh dari jalan agama dan menghancurkannya."

وكل وعظ لا يكون هكذا فهو وبال على من قال وسمع بل قيل انه غول وشيطان يذهب بالخلق عن الطريق ويهلكهم.

 

Oleh karena itu, wajib bagi orang-orang (masyarakat) untuk menjauhinya. Karena agama mereka yang dirusak oleh muballigh ini, setan pun tidak akan mampu menyamainya (setan tidak mampu merusak agama seperti yang dilakukan mubaligh ini,penerj.).

فيجب عليهم ان يفروا منه لان ما يفسد هذا القائل من دينهم لا يستطيع بمثله الشيطان.

 

Barang siapa yang memiliki kemampuan dan kekuasaan maka wajib baginya untuk menurunkan mubaligh tadi dari atas mimbar-mimbar ceramah, dan menghalaunya dari yang dikerjakan. Karena hal tersebut termasuk dari menyuruh melakukan kebaikan dan melarang kemunkaran (amar ma’ruf nahi munkar) secara umum.

ومن كانت له يد وقدرة يجب عليه ان ينزله عن منابر المواعظ ويمنعه عما باشر فانه من جملة الامر بالمعروف والنهي عن المنكر.

 

 

Bersambung…

Wallahu A’lam Bisshawaab

 

By: Santri al Anshor Wonosobo

 

<< Ngaji Sebelumnya…

Ngaji Berikutnya…>>



[1] Zuhud secara bahasa adalah tidak ada kecenderungan. Sementara itu menurut ahli haqiqat adalah membenci dunia dan tidak mempedulikannya. Lihat kitab atta’rifat, hlm. 113

Post a Comment for "22. 8 Nasehat Imam al Ghazali, yang 4 ditinggalkan (Bag. IV) - Terjemah Ayyuhal Walad"